Yayasan Bumi Tangguh Perkuat Ketahanan Ekonomi Perempuan Pesisir
Sulut24.com, TOMOHON - Yayasan Bumi Tangguh (YBT) terus menggulir program penguatan berbasis kemasyarakatan dan lingkungan. Pada pekan lalu, berhasil menggelar pelatihan manajemen keuangan. Peserta pelatihan adalah para perempuan pesisir.
Dalam rilis yang diterima redaksi media ini Rabu (25/6/2025), pelatihan dilaksanakan selama tiga hari. Yakni tanggal 19-21 Juni 2025 di Tomohon. Pelatihan sukses dilaksanakan bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (DKP Sulut).
Disebutkan, pelatihan manajemen keuangan tersebut diikuti oleh pengurus Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) dan Koperasi Merah Putih (KMP) dari Desa Sarawet, Palaes, dan Minaesa, Kabupaten Minahasa Utara.
Pelatihan digelar di kompleks Alamanda Ret Ret, Kota Tomohon. Kegiatan ini, merupakan bagian dari program restorasi mangrove yang berfokus pada pemberdayaan perempuan pesisir.
Realisasi program ini, didukung oleh Asian Venture Philanthropy Network (AVPN). Juga sebagai kelanjutan dari Nota Kesepahaman antara YBT, YCP, dan DKP Sulut yang ditandatangani pada Maret 2025.
Lebih lanjut dinyatakan, peserta pelatihan terdiri dari pengurus lima kelompok usaha ekonomi perempuan yang masing-masing beranggotakan 10-15 orang.
Dari Desa Sarawet hadir Kelompok Rhizopora dan Kelompok Gotong Royong. Dari Desa Palaes hadir Kelompok Lolaro, sedangkan dari Desa Minaesa hadir Kelompok Cakalang dan Kelompok Tude.
Kelima kelompok ini telah dibentuk sebelumnya dalam kerangka program restorasi mangrove sebagai upaya meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga berbasis komunitas perempuan.
Dalam sambutan saat membuka kegiatan, Plh. Kepala DKP Sulut, Audy Dien, SPi., MSi., menyampaikan giat ini berbeda dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.
“Berbeda dari kegiatan kami sebelumnya yang biasanya dihadiri bapak-bapak di wilayah pesisir. Kali ini ibu-ibu dari kelompok perempuan pesisir belajar bersama di atas gunung," beber Dien.
Pada giat ini, para ibu dilengkapi dengan pengetahuan mengelola keuangan kelompok, yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
"Pelatihan ini juga akan dilanjutkan dengan pendampingan lapangan agar berkelanjutan, bahkan setelah program berakhir pada Oktober 2026," sebut Dien.
Selama tiga hari, para perempuan pesisir tersebut dibekali dengan pengetahuan dasar tentang pembukuan dan manajemen usaha kecil. Dimulai dari mengenal jenis transaksi, pencatatan harian di buku kas, hingga menyusun laporan keuangan sederhana.
Pada hari terakhir, peserta mengikuti simulasi kelompok yang memungkinkan mereka mempraktikkan peran sebagai pengurus keuangan dalam menghadapi situasi nyata seperti penarikan simpanan, pencatatan utang, dan pelaporan periodik.
Pelatihan tersebut juga menyertakan pengurus Koperasi Merah Putih yang baru saja dibentuk sebagai bagian dari penguatan kelembagaan ekonomi lokal dari ketiga desa sasaran.
Kehadiran para pengurus koperasi, bertujuan untuk diperkenalkan pada model kelembagaan dan sistem kerja KUEP yang telah lebih dahulu berjalan, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dan inspirasi bagi pengembangan KMP ke depan.
Ketua YBT, Dennie Mamonto, menekankan pentingnya pelatihan ini dalam memperkuat peran perempuan dalam pembangunan komunitas.
“Pelatihan ini dirancang bukan hanya untuk memperkenalkan teknik mencatat uang masuk dan keluar, tapi juga untuk menanamkan nilai tanggung jawab, keterbukaan, dan kemandirian dalam kelompok," jelasnya.
"Kami ingin perempuan pesisir tidak hanya jadi anggota kelompok, tetapi menjadi penggerak ekonomi lokal dan penjaga kelestarian pesisir mereka,” tambah Mamonto.
Ke depan, YBT bersama YCP akan terus melakukan pendampingan rutin kepada kelompok- kelompok ini. Memastikan seluruh ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan. Lalu berkembang menjadi praktik yang memperkuat ekonomi lokal berbasis komunitas dan berkelanjutan secara lingkungan.(*/fan)