W20 Indonesia 2022 Likupang Minut, Angkat Ketokohan Maria Walanda Maramis Pejuang Emansipasi Wanita - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

W20 Indonesia 2022 Likupang Minut, Angkat Ketokohan Maria Walanda Maramis Pejuang Emansipasi Wanita

DR. Jopie Rory SH.MH dan Bupati Minahasa Utara Joune Ganda SE (Foto: Ist)

Sulut24.com, MINUT - Women 20 (W20) Indonesia 2022 menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan secara setara dalam pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.

W20 tahun ini akan membahas isu kesetaraan gender dan diskriminasi. Dari Indonesia akan ditampilkan ketokohan dari Maria Walanda Maramis, pahlawan nasional dari Minahasa Utara.

Bupati Minahasa Utara Joune Ganda SE mengatakan bahwa pemkab Minut all out mempersiapkan iven tersebut. Semua potensi dikerahkan agar iven itu sukses.

 "Kita adakan pembersihan, jalan yang akan dilalui akan diperbaiki oleh propinsi dan pihak hotel kami push untuk menyiapkan fasilitas yang sesuai standar," ujarnya.

Bupati Joune Ganda mengatakan sejumlah duta besar negara maju bakal hadir dalam iven Women 20 (W20) di Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, provinsi Sulawesi Utara pada 15 Februari 2022.

Sementara DR. Jopie Rory SH MH  mengatakan Iven W20 di Likupang, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada 15 Februari 2022 mendatangkan peluang investasi bagi Sulawesi Utara khususnya Minahasa Utara.

Ini dapat memberikan momen bagi Sulut untuk leading secara ekonomi di tengah recovery ekonomi pasca pandemi Covid 19. 

Menurutnya iven W20 akan memberikan dampak ekonomis jangka panjang. 

"Akan ada para dubes dan perwakilan negara maju dunia, ini adalah momentum untuk memperkenalkan potensi di Likupang untuk mendatangkan investasi," ujarnya

Menurut Jopie Rory pemulihan ekonomi pasca Covid 19 ditentukan oleh investasi. Adanya W20 akan membuka keran investasi ke Sulut, khususnya Minut. 

"G20 adalah kumpulan negara maju dunia. Tentu ini akan membawa peluang besar bagi kita," katanya. 

Jopie Rory mengatakan Minahasa Utara menjadi tuan rumah kegiatan W20 Indonesia 2022  karena ada Maria Walanda Maramis dikenal sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. 

Ia turut berupaya memperjuangkan emansipasi wanita, khususnya memajukan hak dan kondisi perempuan pada awal abad ke-20.

Beberapa upaya yang ia kerahkan yaitu dengan mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) tahun 1917 di Manado. 

Berikut profil singkat Pahlawan Nasional Ibu Maria Walanda Maramis.

Kehidupan Maria Walanda Maramis lahir di Kema, sebuah kota kecil di Sulawesi Utara, pada 1 Desember 1872. 

Orang tuanya bernama Maramis dan Sarah Rotinsulu.

Maria merupakan anak paling bungsu dari tiga bersaudara, kakak perempuannya Antje dan kakak laki-lakinya Andries. 

Saat berusia 6 tahun, Walanda menjadi yatim piatu. Sejak saat itu, ia pun diasuh oleh pamannya. 

Maria hanya bersekolah sampai di tingkat dasar, selama tiga tahun. 

Saat itu, anak-anak perempuan Minahasa tidak diperbolehkan sekolah lebih tinggi. 

Mereka harus tinggal di rumah untuk menunggu dipersunting. Maria pun terpaksa mengikuti aturan itu. 

Namun, meski demikian, Maria banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar.

Salah satunya Ten Hove, pendeta Belanda di Maumbi, yang membuatnya terinspirasi untuk memajukan kaum wanita di Minahasa.

Kiprah

Saat berusia 18 tahun, Maria menikah dengan Jozef Frederik Calusung Walanda, seorang guru bahasa di HIS Manado. 

Mereka tinggal di Airmadidi dan Maumbi, Minahasa Utara. 

Saat itu, wanita di lingkungan Maria tinggal tidak memiliki banyak pengetahuan soal kesehatan, rumah tangga, dan mengasuh anak.

Secara diam-diam, Maria berkeliling dari kolong rumah panggung ke kolong rumah panggung lain untuk mendidik para perempuan menyulam, memasak, sampai membuat kue.

Ia mempelajari hal-hal tersebut dari Ibu Ten Hove.

Maria pun mendorong para perempuan yang sudah lihai untuk turut berbagi keterampilan mereka kepada sesama.

PIKAT

Pada 1917, Maria mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) di Manado.

Berkat keahliannya dalam melobi, Maria pun mendapat pinjaman rumah dari pedagang Belanda, A Bollegraf, untuk membuka sekolah rumah tangga. 

Setahun kemudian, sekolah tersebut berdiri.

Sekolah ini menampung para gadis pribumi tamatan sekolah. (Joyke)