Diikuti 1.700 Gembala Sidang, Wagub Steven Kandouw Buka Musda GPdI Sulut 2022 - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Diikuti 1.700 Gembala Sidang, Wagub Steven Kandouw Buka Musda GPdI Sulut 2022

Wakil Gubernur Sulut Drs. Steven O. E Kandouw membuka Musda GPdI Sulut Tahun 2022 yang digelar di Hotel Sutanraja, Minut, Rabu (20/07/2022). (Foto: Sulut24/Simon)

Sulut24.com, MANADO – Musyawarah Daerah (Musda) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Sulawesi Utara (Sulut) Tahun 2022 resmi bergulir, di Hotel Sutanraja Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Rabu (20/7/2022).

Hajatan bernuansa religius yang berlangsung selama 3 hari mulai 20 hingga 22 Juli 2022 ini, dibuka oleh Wakil Gubernur (Wagub) Sulut Drs. Steven Octavianus Estefanus Kandouw. 

Pembukaan hajatan akbar yang diikuti sekitar 1.700 Pendeta/Gembala Sidang GPdI dari 15 kabupaten/kota se-Sulut ini, ditandai dengan pemukulan gong oleh Wagub Steven Kandouw.

Sebelumnya, kegiatan diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Ketua Umum Majelis Pusat (MP) GPdI Pdt. Dr. Johnny W. Weol, M.M., M.Th.

Dalam sambutannya, Wagub Steven Kandouw mengakui bahwa GPdI telah berkontribusi luar biasa bagi kemajuan daerah Sulut.

Menurutnya, secara nasional capaian vaksinasi Covid-19 di Sulut sangat tinggi. Herd immunity atau kekebalan kelompok di Sulut mencapai angka 98.9 persen dari jumlah sasaran.

"Hal ini bisa tercapai berkat andil dan peran aktif dari segenap tokoh agama, termasuk para Gembala Sidang GPdI se-Sulut yang turut menggerakkan dan memotivasi jemaatnya untuk ikut vaksinasi," ungkap Wagub Steven Kandouw.

Pada kesempatan itu, ia mengingatkan tiga hal penting yang harus dilakukan oleh GPdI sebagai organisasi dan institusi kelembagaan, yakni introspeksi, kontemplasi, dan evaluasi.

“Introspeksi keberadaan kita, baik pribadi sebagai gembala dan gereja, maupun institusi GPdI. Kontemplasi, artinya merenungkan kembali tujuan-tujuan kita, dan kemudian melakukan evaluasi," urainya.

Dalam usia yang terbilang sudah sangat lanjut usia (lansia) yakni 101 tahun, lanjutnya, GPdI harus mantap organisasi, struktur, dan program kerja.

Wagub Steven Kandouw juga meminta agar perhelatan Musda GPdI tidak hanya fokus pada pemilihan ketua dan pengurus Majelis Daerah (MD) yang baru. Tapi juga merumuskan berbagai kebijakan dan program kerja lima tahun mendatang.

Ia pun tidak lupa  mengingatkan warga GPdI tentang krisis pangan dunia dan dampak pemanasan global. 

Wagub Steven Kandouw meminta pula pimpinan MD dan segenap Gembala Sidang GPdI se-Sulut untuk turut menggerakkan umatnya menggelorakan masyarakat petani dan nelayan menuju kedaulatan pangan di daerah ini.

“Mari kita gelorakan sektor pertanian dan perikanan kita. Dua sektor ini telah terbukti mampu bertahan selama masa pandemi Covid-19," pungkas mantan Ketua DPRD Provinsi Sulut ini.

Sementara itu, Ketua Umum MP GPdI Pdt. DR. Johnny W. Weol, M.M., M.Th dalam sambutannya menegaskan, Musda GPDI adalah perhelatan yang mempererat tali persekutuan.

“Inilah yang paling utama. Jangan sampai kita terpecah-belah hanya karena perbedaan pilihan. Tolong, jangan sakiti hati Tuhan Yesus Kristus sang Kepala Gereja," ujarnya mengingatkan.

Ia juga menekankan tentang pentingnya sikap tunduk dan patuh pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) GPdI.

“AD-ART itu undang-undangnya GPdI. Di beberapa daerah, ada MD yang dibekukan oleh MP GPdI karena tidak patuh dan tunduk terhadap AD dan ART,” ungkap Pdt. Weol.

Di akhir sambutannya, ia tidak lupa mengingatkan bahwa GPdI telah berusia 101 tahun sejak berdiri pada tahun 1921 silam di Indonesia.

"Karena itu, sangat miris bila dalam usia yang sudah semakin tua ini, masih saja muncul riak-riak yang tidak sinkron dengan usia gereja kita. Apalagi hanya karena perbedaan pilihan dalam memilih calon pemimpin lewat forum Musda ini. Ini tidak boleh terjadi," pesan Pdt. Weol.

Hal senada dikemukakan oleh Ketua MD GPdI Sulut Pdt. Yvonne Indria Awuy-Lantu. 

Menurutnya, Musda GPdI adalah momen yang tepat untuk mengevaluasi pekerjaan yang sudah dilaksanakan selama lima tahun, lalu menyusun rencana kerja lima tahun mendatang, dan kemudian memilih pemimpin. 

"Musda GPdI harus mempererat persaudaraan dan tali silaturahmi sesama hamba Tuhan di daerah ini. Mari kita ciptakan suasana Musda yang aman dan sejuk," pintanya.

Sekalipun beda pilihan, ia meminta para Gembala Sidang dan jemaat GPdI tetap bersatu dan saling menopang satu dengan yang lain. 

"Sebagaimana semboyan Sulut Hebat, kita juga harus hebat di dalam kerohanian kita. Sehingga kita menjadi hamba Tuhan yang membawa jemaat kepada kesempurnaan gereja,” kuncinya. 

Sementara itu, Ketua Umum Panitia Musda GPdI Sulut Drs. Meiki Marthen Onibala, M.Si memastikan Musda GPdI terlaksana dengan baik, aman, sukses, dan transparan.

“Diharapkan pula, tidak ada intrik-intrik yang memecah-belah ataupun praktik money politic,” tandas Onibala.

Diperoleh informasi, dalam forum Musda GPdI Tahun 2022 ini, ada tiga calon yang akan memperebutkan suara dukungan terbanyak demi menduduki posisi Ketua MD GPdI Sulut periode 2022-2027.

Ketiga kandidat dimaksud yakni Gembala Sidang GPdI Karmel Tataaran, Tondano, Minahasa, Pdt. Ronny Daniel Luwuk, S.Th, nomor urut 1.

Pdt. Ronny Luwuk juga tercatat sebagai Anggota MP GPdI periode 2022-2027 (Departemen Pembinaan Warga Jemaat), Anggota MD GPdI Sulut (Kepala Biro Litbang), dan Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Minahasa. 

Kemudian, Gembala Sidang GPdI Pneumatikos Tateli, Minahasa yang juga Ketua Majelis Pusat (MP) GPdI, Pdt. Dr. Robert Y. Longkutoy, M.A., M.Th., M.Pd, nomor urut 2.

Pdt. Robert Longkutoy juga dikenal sebagai Ketua Umum Haleluya Ministry Indonesia (HMI) dan Ketua Obaja Ministry yang beranggotakan sejumlah Gembala GPdI.

Kandidat terakhir adalah petahana/Ketua MD GPdI Sulut periode 2017-2022 Pdt. Yvonne Indria Awuy-Lantu, nomor urut 3.

Pdt. Yvonne Awuy-Lantu juga menjabat Gembala Sidang GPdI Samrat Manado dan Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Rohani (MPR) MP GPdI. (Simon)