Pendidikan Pancasila Masuk Kurikulum Merdeka, SBANL Berharap Siswa Mampu Implementasikan Nilai-Nilai Pancasila
Anggota DPD-RI/MPR-RI Ir. Stefanus B.A.N Liow, M.A.P. (Foto: Ist)
Sulut24.com, MINSEL - Kurikulum Merdeka yang diusung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim diam-diam mendapat atensi penuh dari Anggota DPD-RI/MPR-RI Ir. Stefanus B.A.N Liow, M.A.P.
Apalagi, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standard Nasional Pendidikan mengamanatkan Pendidikan Pancasila menjadi muatan wajib di dalam Kurikulum Merdeka.
Karena itu, senator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Utara (Sulut) yang sangat gigih 'membumikan' Pancasila ini berharap, mata pelajaran (mapel) Pendidikan Pancasila bagi siswa mulai dari jenjang PAUD, TK, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah sampai Pendidikan Tinggi memperoleh pemahaman komprehensif dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila, dengan metode dan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
"Saya berharap, peserta didik dan mahasiswa memperoleh kemampuan dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan pribadi, di lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitarnya," tutur pejabat publik yang akrab disapa SBANL ini.
Senator SBANL yang tidak hentinya menjembatani aspirasi dan kepentingan daerah ini mengharapkan juga, proses belajar mengajar mapel Pendidikan Pancasila benar-benar menyenangkan dan relevan sehingga baik pendidik maupun peserta didik dapat memahami cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Wakil Daerah yang juga Pimpinan Kelompok (Fraksi) DPD-RI di MPR ini mengakui, sejak beberapa tahun terakhir ini dalam berbagai kesempatan, apalagi saat menggelar Sosialisasi dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) tentang Empat Pilar MPR-RI, ia acapkali menerima desakan dan usulan dari berbagai elemen masyarakat agar mapel Pendidikan Pancasila 'dihidupkan' atau diajarkan kembali di semua jenjang pendidikan.
"Berbagai aspirasi yang saya terima, baik ketika menggelar kegiatan Sosialisasi dan RDP di Sulut dan di sejumlah daerah lainnya, langsung saya tindak lanjuti dalam rapat pleno Kelompok DPS RI di MPR-RI, Badan Sosialisasi MPR-RI serta kementerian/lembaga terkait lainnya," imbuh Ketua Komisi Pria/Kaum Bapa Sinode GMIM periode pelayanan 2014-2018 ini.
Senator asal Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) yang pernah menjadi Juri Kehormatan Lomba Video Pendek dan Animasi tentang Pembumian Pancasila yang digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bekerjasama dengan MPR-RI dalam rangka Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni Tahun 2021 ini menegaskan, sebagaimana amanat PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standard Nasional Pendidikan, Kurikulum Merdeka mengakomodir Pendidikan Pancasila sebagai muatan wajib dalam setiap jenjang pendidikan.
"Mapel Pendidikan Pancasila masuk dalam Kurikulum Merdeka. Kurikulum baru ini dicanangkan mulai diberlakukan pada Tahun Ajaran 2022/2023 berjalan ini," pungkas suami dari Anggota DPRD Kota Tomohon, Ir. Miky Junita Linda Wenur, M.A.P ini.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menetapkan mapel Pendidikan Pancasila masuk dalam Kurikulum Merdeka.
Menurut Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, penerapan mapel Pendidikan Pancasila sebagai komitmen Pemerintah untuk mengimplementasikan PP Nomor 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan.
"Mulai tahun ajaran 2022/2023, mapel Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka akan diterapkan di lebih dari 140.000 satuan pendidikan jenjang PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi di seluruh Indonesia," ungkap Nadiem.
Selain itu, Kemendikbudristek melalui unit kerja Pusat Penguatan Karakter, juga mengkampanyekan enam profil Pelajar Pancasila sebagai tujuan besar dari pendidikan karakter berbasis Pancasila.
"Enam profil tersebut diambil dari nilai-nilai Pancasila, yang meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,” kunci Nadiem. (Simon)