Mariara', Film 'Nekat' yang Menerobos Sinema Indonesia
Sulut24.com, MANADO - Keberhasilan 'Mariara' masuk dalam jaringan bioskop internasional XXI bagai oase di tengah dominasi film Amerika dan Korea di Indonesia. 'Kenekatan' anak-anak Manado yang memproduksinya pun seperti ingin mengembalikan era kejayaan Wim Umboh, Emil G Hampp, Lidya Kandouw, Paula Rumokoy dan sederet pesohor di bidang perfilman Tanah Air.
Nama-nama itu sangat lekat dengan dunia film Indonesia sejak era 1970-an hingga di awal tahun 2000-an. Mereka, tidak saja produktif, namun karya-karyanya mampu menyabet sejumlah penghargaan dari berbagai katagori yang dilombakan.
Namun, apa yang diterobos Veldy Reynold dan Dr. Merdy Rumintjap ini agak lain dibanding pendahulunya. Tidak berlebihan jika keberanian anak-anak muda Manado ini diberi gelar "nekat" karena nyaris 100 % film 'Mariara' merupakan produk lokal.
Mulai dari ide cerita yang diangkat, sutradara, skenario, penataan, pemain, casting, musik peralatan hingga lokasi pengambilan gambar; semuanya asli dari Tanah Minahasa. Sebagian besar dialog pun menggunakan Bahasa Manado dengan dibubuhi subtitle Bahasa Indonesia.
Sinametografi karya anak-anak Manado yang tergabung dalam Komunitas Film Sulawesi Utara. Bercerita tentang aktivitas dunia perdukunan di tanah Minahasa, 'Mariara' yang bergenre horror thriller ini berdurasi sekitar 97 menit, diproduksi oleh Gorango Pictures yang merupakan rumah produksi sinema lokal Sulawesi Utara dan diproduseri Dr. Merdy Rumintjap, disutradarai alm Jeffry Luntungan dan Veldy Reynold Umbas yang juga penulis novel Mariara itu sendiri.
Sementara untuk memperkuat pendalaman karakter di film ini, dipercayakan kepada Amato Assegaf sebagai acting coach dan Eric Dajoh sendiri sebagai pemeran dan supervisi pemeran.
Film ini dikerjakan dalam masa produksi yang cukup lama, 5 Tahun, yakni dimulai dari tahun 2019 dan mengalami masa covid-19 pada tahun 2020 terhenti dan pada November 2024 baru bisa ditayangkan di bioskop Indonesia. Film ini hampir tidak bisa diselesaikan karena beberapa pemerannya tidak lagi melanjutkan syuting, sementara sejumlah pemeran lain sudah lebih dahulu berpulang ke yang empunya kehidupan.
Para pemeran film ini rata-rata pemeran dari Sulawesi Utara yang beberapa di antaranya sudah banyak berkiprah di dunia seni peran hingga level nasional seperti Eric Dajoh, Leon Alexander, Servy Kamagi, Mercy Lateka. Beberapa pemeran lain seperti Yashinta Tetelepta, Inyo Rorimpandey, alm. Frangky Supit, Amato Assegaf, Alex Bawole, Maurits Karinda, Nova Wowor, Berty Koloay, Davo dan Licky, juga merupakan aktor-aktor hebat yang mampu menunjukkan kemampuan acting mereka dalam film layar lebar.
Sekilas sinopsis Film Mariara
Kampung Petemboan sedang bergembira atas terpilihnya Kepala Desa (Kumtua) yang baru hasil pilihan rakyat. Kumtua Sebina memberikan sambutan atas keterpilihan dirinya sebagai kepala desa. Namun, tak berapa lama tiba-tiba tubuhnya membiru dan terkapar jatuh. Kumtua Sebina meninggal seketika. Kondisi tubuhnya seperti hangus terbakar. Sudah jelas Kumtua Sebina diracun.
Pengadilan desa memutuskan, Marten Karengkom harus diusir dari kampung Patemboan. Rumahnya dibakar massa. Dan Marten bersama istri dan anaknya mengungsi di kaki Gunung Soputan.
Para kru film dan tim produksi semuanya berasal dari Sulawesi Utara di antaranya yakni, Art Director Denny Ratulangi, Director of photography Heven Karisoh dan asisten kamera Mindri Sugindo, yang melanjutkan Director of photography pertama, Hugo Aaron dan Asisten Kamera, Farsen Walalangi.
"Film ini kami dedikasikan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi secara optimal, khususnya bagi mereka yang telah mendahului kita; Alm. Jeffry Luntungan, Alm. Franky Supit, Alm. Hendra Zoenardjy, Alm. Owen Mangundap, Alm. Sammy Tampi dan Alm. Jemmy Tuegeh," tutur Veldy Reynold mengenang kepergian kru yang telah mendahului itu.
Bagi Veldy dan Merdy, lolosnya 'Mariara' masuk di jajaran jaringan bioskop sekelas XXI tidak hanya pengakuan atas karya dan kemampun anak-anak Manado dalam memproduksi sesuatu yang bernilai.
"Lebih dari pada itu, inilah sumbangsih kami dari daerah bagi khasanah perfilman Indonesia," ujar Veldy Reynold yang bersama komunitasnya aktif memberikan bimbingan dan pelatihan bagi generasi muda yang punya minat menggeluti dunia film.
"Temanya tersedia di sekitar kita. Sesuatu yang tadinya biasa saja, setelah dikemas dengan baik, bukan tidak mungkin akan menjadi tontonan yang sangat menarik. Mariara ini contohnya," paparnya.
Tak harus dengan peralatan yang super canggih, sebuah film pendek dapat saja menggunakan piranti lain yang sudah familiar di masyarakat. "Gawai (handphone) kita rata-rata sudah dibekali kemampuan capture gambar yang setara kamera di atas standard. Itulah yang kami dorong kepada anak-anak muda kita," tutupnya.
'Mariara' sendiri sudah dijadwalkan tayang perdana di XXI pada November 2024 mendatang.(dig)