Ekonomi Amerika di Fase Gelap: Dunia Terancam Krisis Tanpa Kompas - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Ekonomi Amerika di Fase Gelap: Dunia Terancam Krisis Tanpa Kompas

Ilustrasi (AI-generated image/Sulut24.com)

Sulut24.com - Amerika Serikat tengah menghadapi fase paling gelap dalam sejarah ekonominya. Shutdown pemerintahan yang telah berlangsung lebih dari 35 hari membuat Departemen Tenaga Kerja menghentikan seluruh rilis data ekonomi resmi mulai dari inflasi, tenaga kerja, hingga pertumbuhan. Akibatnya, The Federal Reserve kini beroperasi tanpa panduan jelas dalam menentukan arah suku bunga.

The Fed Terbang Tanpa Radar

Ketiadaan data membuat The Fed benar-benar “terbang tanpa radar”. Setiap keputusan terkait suku bunga kini menjadi taruhan besar. Jika suku bunga dipertahankan terlalu tinggi, ekonomi bisa terjerumus ke resesi. Namun jika diturunkan terlalu cepat, inflasi bisa kembali menggila. Ketidakpastian ini menjadi bahan bakar bagi kepanikan pasar.

Menurut laporan Reuters (29 Oktober 2025), lembaga Congressional Budget Office (CBO) memperkirakan shutdown yang berlarut dapat mengurangi pertumbuhan GDP AS hingga 1–2 persen dan menyebabkan kerugian ekonomi mencapai US$14 miliar. Situasi ini menambah tekanan terhadap bank sentral yang sudah kehilangan acuan data resmi.

Utang Membengkak, Investor Gelisah

Selama blackout ini, utang AS dilaporkan meningkat lebih dari $600 miliar sekitar $17 miliar per hari. Tanpa data resmi, pasar finansial global kehilangan acuan utama. Investor mulai gelisah, volatilitas meningkat tajam, dan arus modal bergerak liar. Pasar saham dan obligasi menjadi tidak stabil, sementara pasar crypto ikut terbawa arus spekulasi ekstrem.

Data dari Associated Press (AP News, 2 November 2025) menunjukkan bahwa utang nasional AS telah melampaui US$38 triliun, menjadi salah satu lonjakan tercepat dalam sejarah Amerika di luar masa pandemi. Kondisi ini memperburuk kepercayaan investor terhadap obligasi pemerintah AS dan menambah tekanan terhadap pasar keuangan global.

Risiko Sistemik Mengintai Dunia

Krisis data ini juga berpotensi menurunkan kepercayaan terhadap obligasi pemerintah AS. Jika imbal hasil (yield) melonjak, biaya utang akan membengkak dan menekan likuiditas global. Dalam skenario terburuk, lembaga pemeringkat seperti S&P dan Moody’s dapat menurunkan peringkat kredit AS memicu krisis keuangan yang efeknya menular ke seluruh dunia.

Ketidakpastian Politik dan Potensi Resesi Global

Kebuntuan politik di Washington memperburuk situasi. Jika shutdown berlanjut, pembayaran gaji pegawai federal dan bantuan sosial bisa terganggu, memicu keresahan sosial di dalam negeri. Dunia pun mulai mempertanyakan stabilitas ekonomi dan politik AS, serta posisi dolar sebagai mata uang cadangan utama global.

Akankah Dunia Bertahan Tanpa Kompas?

Jika situasi ini tidak segera diakhiri, ekonomi global berpotensi memasuki era “tanpa jangkar” di mana pasar kehilangan arah karena ketiadaan data yang valid dari ekonomi terbesar dunia. Dalam kondisi seperti ini, risiko resesi global tidak lagi sekadar kemungkinan, tetapi ancaman nyata. (fn)