Ancaman Perang Ekonomi Global Dan Wacana Penguatan Ekonomi Domestik - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Ancaman Perang Ekonomi Global Dan Wacana Penguatan Ekonomi Domestik

Jerry Bambuta 


Opini oleh : Jerry Bambuta 
Founder : Forum Literasi Masyarakat Sulawesi Utara


Bagian 1. Sebuah Pengantar 

Hari ini dengan adanya fenomena pandemi COVID 19 telah memicu problem kompleks bukan hanya dari aspek kesehatan publik tapi juga goncangan massif secara sosial, ekonomi bahkan politik. Skala goncangannya pun meluas dengan cepat secara local, nasional, regional bahkan global di berbagai negara. Kita hidup hari ini berbeda situasi dengan era konflik perang Timur Tengah antara Amerika dan Irak di masa lalu. Agresi militer dengan persenjataan militer canggih di kerahkan, baik melalui serangan pasukan infanteri, artileri bahkan serangan udara berawak dan tanpa awak (drone). Perang yang populer dalam catatan sejarah dengan sebutan "Perang Teluk Persia" (gulf war) yang juga di kenal dengan kode "Operasi Badai Gurun" (Desert Storm Operation). Konflik perang ini di picu oleh serangan Irak terhadap Kuwait dan di kenal dengan perang teluk 1 yang terjadi antara tahun 1980-1988. Berlanjut pada perang teluk 2 di mana Irak menguasai Kuwait pada tahun 1990. Dan akhirnya, keterlibatan Amerika dalam perang teluk sebagai permintaan bantuan militer Kuwait memicu perang teluk 3 pada tahun 2003.

Serangan Irak terhadap Kuwait membuat Kuwait di kuasai dan menjadi provinsi ke 19 dari Irak pada tanggal 2 Agustus 1990. Invasi Irak ini di sebabkan karena merosotnya ekonomi Irak pasca perang delapan tahun dengan Iran. Irak membutuhkan petro dollar sebagai income ekonomi negara sedangkan saat itu petro dollar anjlok karena kelimpahan produksi minyak dari Kuwait dan Uni Emirat Arab. Gejolak perang ini mendorong Kuwait meminta campur tangan dari bantuan militer Amerika. Tidak hanya bantuan m iliter Amerika yang bergerak tapi juga Arab Saudi, beberapa negara Arab dan Afrika Utara (kecuali Siria, Libia, Yordania dan Palestina), negara2 Eropa Barat (Inggris, Perancis, Jerman Barat), beberapa negara Eropa Timur/Eropa Utara dan dua negara Asia (Bangladesh dan Korea Selatan).

Perang teluk 3 berakhir pada tanggal 15 Desember 2011 dengan di tandai penutupan misi militer Amerika di Irak oleh menteri pertahanan Amerika, Leon Panetta. Meski berakhir, gerakan perlawanan dari milisi lokal di Irak sekitarnya terus melakukan perlawanan melalui ISIS dan Al Qaedah. Tapi pada akhirnya, rezim Saddam Hussein di Irak tumbang. Pada tanggal 30 Desember 2006, Saddam Hussein mati di gantung sebagai hukuman mati atas tuntutan kejahatan atas kemanusiaan. Perang teluk ini sangat populer di berbagai chanell siaran TV global dan TV lokal pada masanya. Bahkan ada istilah populer menyebut perang teluk dengan istilah "Video Game War" karena hampir setiap hari di berbagai chanell Televisi global maupun lokal mempertontonkan realitas perang panjang di Timur Tengah. Ibaratnya, kayak nonton "war game" dlm video game. Saya masih ingat pada tahun 1990, kurang lebih usia saya 6 tahun ketika dengan familiarnya tayangan berita perang teluk melalui siaran TVRI. Perang di Timur Tengah dan tayangannya kita nikmati bak film layar lebar dari rumah. Bahkan mungkn saja kala itu ada yang menonton dengan santai sembari di temani secangkir kopi plus cemilan gorengan.

Apa yang saya tulis di atas adalah realita perang global 30 tahun lalu. Apakah konflik perang global hari ini sudah tidak ada? Tidak demikian! Pola dan strategi invasi militer secara global hari ini bukan hanya menggunakan agresi/invasi dengan persenjataan militer(simetric war). Simetric war berusaha melumpuhkan kekuatan pertahanan sebuah negara dari luar ke dalam. Tapi, ada pola strategi perang yang hari ini bergentayangan menggunakan instrumen kamuflase yang sangat samar, di sebut dengan "asimetric war". Asimetric war bukan melumpuhkan sebuah negara dengan invasi dari luar tapi melumpuhkan sebuah negara melalui agitasi destruktif dan dominasi melalui kekuasaan boneka dari dalam sebuah negara. Strategi adu domba internal negara dengan menggunakan gorengan2 isu destruktif bahkan eksplosif sengaja di bangun. Tujuannya adalah untuk memicu konflik horizontal negara secara internal. Dampak liniernya akan secara langsung meluluh lantakan kekuatan negara sehingga kolonisasi asing secara samar maupun frontal dengan mudah di lakukan.

Kedok kerja sama investasi antar negara tanpa sadar adalah wujud hegemoni kapitalisme asing yang ingin menguasai pusat sumber daya strategis negara. Bagai menikmati isapan permen lolipop yang lapisan permukaannya manis tapi isinya penuh racun, demikian juga dengan pola infiltrasi asing yang hadir dengan kemasan menawan tapi sebenarnya menyelip belati untuk siap menggorok benih kedaulatan sebuah negara. Perang ekonomi global antara poros Tiongkok dan Amerika sekian lama telah menjelma menjadi gempa tektonik yang memicu efek getaran resesi ekonomi hingga ke negara2 berkembang di Asia Tenggara. Tidak menutup kemungkinan jika papan catur dari perang ekonomi ini menggunakan bidak-bidak tersamar dari persepsi publik. Apakah pandemi dari COVID 19 bisa di duga sebagai salah satu bidak dari pemain di belakang layar? Saya sendiri belum berani menyimpulkan terlau jauh akan hal ini karena harus ada riset obyektif dengan fakta penunjang yang obyektif pula.

Tapi setidaknya, saya ingin memantik kesadaran kita sebagai anak-anak bangsa terhadap realita dan ancaman dari "Asimetric War". Bukan tanpa alasan, secara tidak terelakan, hari ini Indonesia berada di atas papan catur dari perang global ini. Menjadi pion akan bernasib tragis karena akan di gilas bidak lain yang lebih kuat. Kecuali bidak pion tersebut berjuang keras mencapai kotak terakhir dari wilayah lawan. Dan akhirnya pion tersebut berubah menjadi pion2 yang lebih besar dan kuat otoritasnya. Kita tidak bisa sekedar kelihatan gagah dengan penampilan bak pendekar dengan pedang terhunus tapi sayang mata dan telinga kita sulit memilah lawan dan kawan. Bangsa kita perlu berkontemplasi secara mendalam menyusuri jejak sejarah masa lalu untuk bisa melihat titik kelemahan yang harus di benahi. Bukankah catatan sejarah heroik bangsa kita bertebaran penuh semarak dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rotte? Kolonial Belanda dengan persenjataan lebih canggih di buat kocar kacir dengan para pejuang yang hanya bermodal keris, pedang dan bambu runcing? Tapi sayangnya, tidak sedikit juga catatan sejarah tragis menyatakan api perjuangan tersebut di redam karena politik Belanda "Divide it Impera" cukup efektif memecah belah kesatuan bangsa kita.

Jika peristiwa perang teluk di Timur Tengah dulunya kita hanya bisa menonton melalui TV. Tapi hari ini realitas perang ekonomi global dan dampaknya tidak hanya sekedar menjadi tontonan di TV atau chanell youtube. Bagai gempa tektonik yang memicu getaran resesi ekonomi, perang ekonomi global dengan segala dampak buruknya akan menembus hingga ke segala ruang lokalitas di bangsa kita. Kita tidak lagi hidup di mana sekat lokalitas menjadi sebuah cangkang pelindung ketika konflik global bergejolak. Kita hidup di era digital yang membuat segala sekat lokalitas runtuh. Sehingga, tidak hanya pengaruh konstruktif tapi juga pengaruh destruktif dengan mudah berdifusi ke dalam ruang lokalitas kita. Indonesia adalah negara republik dengan 34 Provinsi yang tersebar dengan segala kekayaan alam yang sangat limpah baik dari segi keragaman dan kuantitas. Dalam peta ekonomi global, membuat Indonesia bagaikan inang yang segar untuk menjadi habitat kembang biak para kapitalisme asing. Melimpahnya bahan baku menjadi magnet yang akan menarik arus investasi asing ke dalam negeri. Jika bangsa kita gagal membangun kedaulatan sejatinya, maka siap-siap kita akan menjadi babu di rumah sendiri.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang  besar mencapai 260 juta jiwa tersebar di 34 Provinsi. Fakta ini menjadikan Indonesia sebagai negara target impor yang paling di incar oleh kekuatan produsen asing. Semakin dominan pasokan impor menguasai rantai distribusi dalam pasokan kebutuhan nasional adalah indikasi masih lemahnya kemandirian ekonomi domestik. Secara geoposisi, geoekonomi dan geopolitik, Indonesia terletak di kawasan strategis antara Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik dan di apit oleh Benua Asia dan Benua Australia. Posisi ini menempatkan Indonesia di lintasan distribusi pasar strategis di kawasan Asia Pasifik. Bukankah di masa lalu Indonesia memiliki peran strategis di jalur sutra? Jalur sutra adalah jalur dagang yang menghubungkan antara wilayah Timur dan Barat melalui aktivitas dagang para saudagar China. Secara otomatis, Indonesia akan di tempatkan pada pusat konflik kepentingan ekonomi global di jalur sutra dan kawasan Asia Pasifik. Indonesia bisa saja membuka ruang kerja sama dengan semua negara luar tapi mutlak memproteksi diri dari upaya politik global yang bersifat ekspansionis. Indonesia mutlak berdiri dalam kedaulatannya dengan memproteksi peranan dominan dari ekonomi dalam negeri.

Dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Belt Road Initiatives (BRI) di Beijing pada tanggal 27 April 2019 telah di tanda tangani sebanyak 23 Memorandum of Understanding (MOU) antara pebisnis Indonesia dan China. Belt Road Initiatives (BRI) sebelumnya di kenal dengan OBOR (One Belt One Road). OBOR adalah program yang di inisiasi oleh Presiden China Xi Jinping pada tahun 2013. Program OBOR bertujuan untuk membangun infrastruktur darat, laut dan udara secara masif sehingga terbangun jalur dagang dan  ekonomi strategis bagi negara-negara Asia dan sekitarnya. Program ini menyediakan dana besar bagi para anggotanya. China di kabarkan menggelontorkan dana sebesar US$ 150 Milyard setiap tahun. Dana ini bisa di pinjam negara peserta program untuk membangun infrastruktur.


BIOGRAFI PENULIS

Jerry Bambuta, sejak tahun 2010 aktif sebagai Mentoring Group Leader dari pelayanan misi holistic interdenominasi ARK OF CHRIST LANGOWAN yang di naungi oleh Yayasan Bahtera yang berpusat di Bandung, Jawa Barat. Aktif dalam melakukan kegiatan pelatihan kepemimpinan muda dan pemuridan di kampus UNSRAT Manado dan UNIMA Tondano. Selain itu, aktif sebagai Leader dari MATCON (Mapalus Tech Connection) yang focus dalam layanan komersil dalam bidang Website Development, Software Development, Rural Network Solutions, IT Security, IT Consulting & Training. Bersama tim MATCON, pada tahun ini sementara menyiapkan konsep optimalisasi dalam peran pendampingan e-government untuk setiap pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kota dan pemerintah desa dalam penerapan e-government di kawasan Sulawesi Utara dan Indonesia Timur. Selain itu juga, berperan aktif sebagai pimpinan dalam program Forum Literasi Masyarakat (Forlitmas) Sulawesi Utara, FORLITMAS adalah sebuah wadah edukatif yang focus membangun literasi masyarakat, publikasi riset, afiliasi kemitraan dan inkubasi kemandirian masyarakat. Forlitmas di dominasi oleh pemuda/mahasiswa yang terpanggil berperan dalam membangun kultur literasi masyarakat baik secara local maupun nasional. Dalam kegiatan swadaya tani nelayan, sejak tahun 2014 giat melakukan pembinaan petani di Kabupaten Minahasa dalam program GENTA SAKTI (Gerakan Pertanian Desa Produktif). Pada tahun 2020, menjabat sebagai Sekretaris Umum Barisan Laskar Santiago yang merupakan basis organisasi pemberdayaan masyarakat Nusa Utara (Sangihe, Talaud dan Sitaro). Email. Jerbam157@gmail.com