Ketokohan VAP Layak di Usung Nasdem, Bertarung Pilkada Sulut - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Ketokohan VAP Layak di Usung Nasdem, Bertarung Pilkada Sulut

Bakal Calon Gubernur Sulut DR. Vonnie Anneke Panambunan (VAP)  lakukan blusukan terus untuk rakyat Sulut.
(Foto: Tim VAP)
Sulut24.com - Minahasa Utara, Pengamat Politik Sulut Taufik Tumbelaka menilai tren politik saat ini lebih kepada personal seseorang. Menurutnya perkembangan politik di Sulut ini. kekuatan partai tidak berbanding lurus dengan kekuatan kandidat.

Perjalanan Pilkada dari 2005 hingga kini secara perlahan menggambarkan kekuatan ketokohan telah menggeser dominasi parpol dalam mempengaruhi pilihan. Ini sekaligus mengasumsikan bahwa perolehan suara parpol-parpol pada Pemilu 2019, baik nasional maupun lokal, tidak selalu (bahkan kecil) berkorelasi dengan kekuatan (elektabilitas) kandidat-kandidat yang ada.

“Jadi tidak selalu kandidat yang didukung partai besar kemungkinan akan menang. Karena koalisi yang terbentuk ini sangat cair,” ujarnya, Sabtu (13/6/2020).

Tumbelaka mengatakan partai secara umum hanya menentukan saat  pra pendaftaran ke KPU. Biasanya kandidat akan bekerja sendiri ketimbang mesin partai yang jalan. “Dari sejumlah kasus, kandidat ini lebih menentukan dibandingkan partai,” katanya.

Bakal Calon Gubernur Sulut DR. Vonnie Anneke Panambunan (VAP)  lakukan blusukan terus untuk rakyat Sulut.
(Foto: Tim VAP)
Senada juga dikatakan salah satu Akademisi DR. Johny Krowin. Menurutnya memang di atas kertas parpol tentu berkomitmen untuk memenangkan pilkada di daerah-daerah. Namun dalam praktiknya, koalisi yang terbentuk untuk mengusung suatu pasangan calon (paslon) biasanya hanya berkutat pada prosentase atau jumlah kursi di DPRD untuk mendaftarkan paslonnya.

Setelah itu, pada saat kampanye untuk menggalang dukungan di kalangan pemilih, mesin partai kerap tidak bekerja maksimal, sehingga paslon harus berjibaku sendiri. Terkecuali apabila terdapat suatu parpol yang bisa mengusung paslonnya sendiri tanpa harus berkoalisi.

Menurut Krowin ini jadi pertimbangan juga buat Nasdem ketika menentukan pilihan untuk berkoalisi dengan Golkar.

"Saat ini Nasdem bisa mengusung calon gubernur tanpa berkoalisi.  menurut saya paling tepat Nasdem melihat ketokohan, bukan hanya melihat koalisi Parpolnya saja," ungkap Krowin.

Bakal Calon Gubernur Sulut DR. Vonnie Anneke Panambunan (VAP)  lakukan blusukan terus untuk rakyat Sulut.
(Foto: Tim VAP)
Krowin mengatakan bilamana belajar Pilkada sebelumnya di Sulut, tidak ada figur satupun bakal Calon Gubernur Sulut seperti yang dilakukan VAP. Melakukan blusukan disemua penjuru wilayah Nyiur melambai sulut.

"Dulu rakyat sulut memilih tanpa blusukan dan sentuhan, tetapi yang dilakukan VAP saat ini sangat menyentuh hati rakyat," ucap Krowin.

Krowin berpendapat untuk menentukan Cagubnya sebaiknya memikirkan ketokohan ketimbang mengusung Cagub dan Cawagub, karena didasari koalisi Parpol.

"Kekuatan peta wilayah politik dengan melihat Ketokohan,  saya kira paling tepat yang dilakukan Nasdem, apalagi melawan Cagub Incambent seperti OD - SK," tegas Krowin.

Krowin menegaskan bisa saja koalisi terjadi sepanjang tidak mengabaikan ketokohan dan kekuatan peta wilayah politik.

Krowin ketika ditanya kekuatan mesin birokrasi (ASN) dalam Pilkada. Krowin Menegaskan aparatur sipil negara (ASN) juga memiliki peranan penting dalam Pilkada. Menurutnya berdasarkan pengalaman Pilkada di Indonesia, background kandidatnya berasal dari birokrat akan lebih kuat.

“Yang harus diperhatikan lagi dalam Pilkada ini adalah kekuatan uang. Kalau pada level elite disebut mahar, sedangkan pada level massa disebut money politics. Ini tidak bisa dihindari, meskipun ada regulasinya namun jarang sekali ada yang terungkap,” jelasnya.

Meski demikian Krowin mengatakan pengaruh politik uang tidak lagi dominan dalam mempengaruhi pilihan. Memang banyak yang memaklumi praktik politik uang, namun pemilih milenial, menampakkan kecenderungan yang besar untuk memilih berdasarkan kualitas dan rekam jejak.

“Kemudian strategi dan pendekatan kampanye digital juga disukai kaum milenial, namun pendekatan blusukan juga masih sangat efektif untuk menyentuh sisi emosional pemilih. Semakin banyak yang blusukan maka semakin banyak pula yang simpatik,” pungkasnya.
(Joyke)