Pemuda Bicara Politik, Gagasan Dan Kritikan Beri Warna Tersendiri - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Pemuda Bicara Politik, Gagasan Dan Kritikan Beri Warna Tersendiri

Wasekjend DPP GMNI Jumiarti Ketangrejo
(Foto: Dok Pribadi)

Sulut24.com - Manado, Berbicara soal Politik mungkin bagi sebagian anak muda merupakan hal yang membosankan, karena Politik identiknya dengan para orang tua yang saling berperang untuk memperbutkan kursi pemerintahan yang artinya memegang kekuasaan.

Walau sebagian generasi muda atau generasi milenial merasa bosan jika berbicara Politik, pandangan berbeda  disampaikan oleh Maketum PMII Metro Manado Mulyadi Tuhatelu bersama dua orang aktivis muda lainnya.

Mulyadi Tuhatelu menilai generasi muda atau milenial saat ini harus melek dan ikut berpartisipasi dalam dunia Politik.

"Peran pemuda dalam dunia Politik itu sangat diperlukan, apalagi pemuda yang tergabung dalam organisasi ektra kampus. Karena narasi-narasi yang pro terhadap rayat, Karna keterlibatan kita sangat penting di dunia politik," ucapnya Kamis (23/7/2020).

Ia menambahkan bahwa pemuda bisa menjadi sarana penyampaian pendidikan Politik kepada masyarakat.

Maketum PMII Metro Manado Mulyadi Tuhatelu
(Foto: Dok Pribadi)
"Lewat pemuda, kita bisa memberikan pendidikan Politik bagi rakyat. Dengan memberikan pendidikan politik dan mengawal aspirasi rakyat kita sudah bisa membantu memperjuangkan hak-hak rakyat," kata Mulyadi.

Sementara itu Wasekjend DPP GMNI Jumiarti Ketangrejo mengatakan bahwa peran pemuda dalam jalannya perpolitikan di Indonesia bukan hal yang baru dan merupakan suatu keharusan. Tambahnya gagasan dan kritikan pemuda dapat memberi warna tersendiri dan menurutnya hal tersebut berbeda dengan para politisi tua, Dia berujar bahwa peran pemuda dalam Politik bisa membawa semangat perubahan untuk negara.

"Pemuda sebagai agent of change sudah seharusnya menggunakan hak-hak Politiknya dengan benar untuk ikut serta menentukan nasib bangsa dan negara," tutur Jumiarti Ketangrejo.

"Pemuda yang lahir dari organisasi non partai Politik bisa merupakan cikal bakal pembangun bangsa dan negara, dengan bermodalkan kapasitas dan kapabilitas," tambahnya.

Senada dengan Mulyadi Tuhatelu dan Jumiarti Ketangrejo, Milenial BMR Wardoyo Dingkol berpendapat bahwa pemuda identik dengan gairah, semangat, demokrasi dan terbuka dengan hal-hal yang otentik. Tambahnya pemuda tidak menyukai segala sesuatu yang loyo dan muluk-muluk, pemuda memang amat menyukai realita.

Dengan demikian, salah satu jurus untuk meraih dukungan pemuda dalam Pilpres, Pileg dan Pilkada ialah dengan menawarkan keterbukaan, program yang tidak muluk-muluk serta realistis dan sangat otentik.

Milenial BMR Wardoyo Dingkol
(Foto: Dok Pribadi)
"Generasi muda tidak seharusnya terjebak pada arus kepemimpinan dan proses Politik Pragmatis yang dicerminkan oleh mereka yang berkuasa. Karena kebanyakan pemudanya melihat kesuksesan orang hanya dari karir politiknya," jelasnya

Dia mengatakan pemilih muda harus mampu mereduksi ancaman Politik moralitas yang dapat mengganggu stabilitas Politik yang bagi generasi muda, "bukan ikut melibatkan diri dalam menjalankan prosesi Politik pragmatis yang berujung pada terjadinya disintegrasi kaum muda," tandas Wardoyo Dingkol.

Lanjutnya dalam setiap acara kampanye, gairah pemuda seperti terbakar dan makin bergelora. Dalam setiap kampanye ketergantungan parpol terhadap kalangan pemuda begitu tinggi, karena sebagian besar dari massa yang hadir adalah para pemuda.

"Sudah sewajarnya keikutsertaan pemuda tidak disia-siakan oleh parpol, apalagi jika ditanamkan perasaan sentimen atau prasangka yang buruk terhadap parpol lain, hingga dikhawatirkan menimbulkan perpecahan antar pemuda," ucap aktivis muda BMR ini.

"Seharusnya kampanye Politik harus dijadikan ajang untuk mendidik dan memberikan pengalaman Politik sehat bagi para pemuda sesuai amanat Demokrasi serta harapan yang otentik bagi masyarakat. Bukan untuk memecah belah kekompakan dan mendikte pemuda dengan doktrin Politik sentimental dan harapan palsu tentang angan-angan struktural," tutupnya.
(Fn)