Napak Tilas Perjuangan Tunas Muda Porodisa Melalui GPMPT - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Napak Tilas Perjuangan Tunas Muda Porodisa Melalui GPMPT

 

Foto saat mahasiswa melakukan aksi demonstrasi (Foto: Ist)


Catatan Reflektif Dirgahayu Kabupaten Kepulauan Talaud

Oleh:BJerry Bambuta, Founder FORUM LITERASI MASYARAKAT Indonesia


Sulut24.com, OPINI - Suasana malam di Kota Melonguane pada tanggal 1 Juli 2021 cukup gegap gempita karena acara ucapan syukur menjelang perayaan Dirgahayu Kabupaten Talaud; Hari Ulang Tahun yang ke-19 pada tanggal 2 Juli 2021. Setiap instansi pemerintah daerah membangun “stand perayaan” melangsungkan ibadah ucapan syukur dan ramah-tamah bersama. 

Pada kesempatan yang sama, saya dan Bung Herkanus Tumbal yang juga adalah Dewan Pembina Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Talaud berkesempatan merayakan momentum ini bersama awak KPU Kabupaten Talaud. Disuguhi dengan ayam bakar rica, ikan bakar rica serta ubi yang gurih dan suasana penuh keakraban membuat atmosfer kekeluargaan sesama keluarga bumi Porodisa terasa erat dan kental. 

Suasana penuh akrab terasa kian menarik ketika berbincang dengan Bung Nelwan Maloring, Sekretaris KPU Kabupaten Talaud. Diajak menerawang ke masa lalu, kurang lebih 22 tahun yang lalu di mana aksi demo yang dipelopori Gerakan Pemuda Mahasiswa Peduli Talaud (GPMPT) di Manado. Ibaratnya, seperti menjelajah lorong waktu dan menemukan jejak historis di masa lalu, di mana para muda Porodisa kala itu bukanlah generasi yang membiarkan dirinya dibungkam dengan inferioritas, apatisme dan sinisme hanya karena berasal dari wilayah terluar di batas paling Utara Indonesia.

Kala itu, di antara sekian banyak upaya perjuangan pemekaran Kabupaten Talaud oleh tokoh-tokoh tetua, kegelisahan para tunas muda Porodisa tidak bisa dibendung dengan inferioritas, apatisme dan sinisme terhadap situasi daerah Kabupaten Talaud yang cukup memprihatinkan dari beragam aspek pembangunan wilayah. Para tunas muda Porodisa pada masa itu enggan membiarkan para tetua berjuang seorang diri, maka berbagai forum kerukunan pemuda dan mahasiswa Talaud terpanggil memberikan bahu bersama-sama memikul beban perjuangan agar Talaud bisa resmi menjadi wilayah Kabupaten.

Maka tercetusalah sebuah wadah perjuangan pemuda dan mahasiswa Talaud bernama GERAKAN PEMUDA MAHASISWA PEDULI TALAUD (GPMPT). GPMPT lahir sebagai jaringan solidaritas yang digerakan karena keprihatinan dan kobaran perjuangan untuk membawa Talaud agar bisa keluar dari beragam kondisi disparitas pembangunan pada masa tersebut.

Lahir dan terbentuk dari keprihatinan karena kecintaan terhadap tanah Porodisa, maka beberapa wadah pemuda dan mahasiswa Talaud melebur dalam satu jaringan perjuangan yang solid, tulus dengan ikatan senasib sepenanggungan yang erat satu dengan lainnya. Dari dialog bersama Bung Herkanus Tumbal dan Bung Nelwan Maloring, penulis mencatat beberapa catatan historis penting terkait inisiasi gerakan pemuda mahasiswa Talaud saat itu. Lumayan harus menguras memori karena beberapa bagian perjalanan sejarah sudah  samar-samar dalam ingatan dari dua pelaku sejarah perjuangan para muda Porodisa melalui GPMPT. 

GPMPT adalah wadah solidaritas sesama muda Porodisa yang terafiliasi dari Rukun Payung Utara Manado (saat itu di pimpin oleh Bung Jakson Parapaga), Rukun Hikmat Tondano (saat itu di pimpin oleh Bung Andris Parengka), Rukun Porodisa Tomohon (dua narasumber sudah samar dalam ingatan pemimpin saat itu, mungkin ada narasumber lainnya bisa menambahkan) dan Forum Komunikasi Pemuda Mahasiswa Perbatasan (saat itu di pimpin oleh Bung Nelwan Maloring). Di samping itu, rukun pemuda mahasiswa Talaud lainnya mulai mengambil bagian meleburkan diri dalam satu visi dan beban perjuangan yang sama, Gabungan Pemuda Utara Republik Indonesia atau GAPURI (di pimpin oleh Yosua Batunan), Rukun Saruenten Tondano dan Rukun Pemuda Mahasiwa Politeknik Manado melebur dalam beban perjuangan GPMPT. GPMPT lahir tercetus dari beban perjuangan dalam eratnya solidaritas untuk membawa Talaud mengalami perubahan yang lebih baik, dan pada saat di cetuskannya GPMPT di tangani oleh Bung Herkanus Tumbal sebagai koordinator jaringan.

Eratnya solidaritas kekeluargaan dan perjuangan GPMPT memuncak 22 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 19 Desember 1999, melakukan aksi demo yang cukup berani bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden RI, Megawati Sukarno Putri ke Manado. Wapres RI pada saat itu dalam agenda kunjungan terhadap korban kerusuhan Ambon yang mengungsi ke Bitung. Aksi demo yang juga di dukung tokoh PRD (Partai Rakyat Demokratik) Bung Jim Tindi membuat Talaud viral secara nasional karena aksi demo saat itu heboh di liput oleh berbagai media cetak dan TV nasional. 

Aksi Demo di lakukan pada jam 10.00 WITA di kantor DPRD Sulut dengan tuntutan agar pemerintah pusat memberi atensi serius dengan status Talaud yang kala itu masih terbelenggu dengan berbagai disparitas pembangunan yang cukup memprihatinkan. Aksi demo mendesak pemerintah pusat agar segera memberikan status otonomi yang resmi, Talaud sebagai Kabupaten. 

Aksi tidak berhenti hanya di kantor DPRD Sulut, saat di ketahui bahwa pada hari yang sama akan ada kunjungan Wapres RI. Maka pada jam 14.00 WITA, mahasiswa dalam aksi GPMPT bergerak menuju Bandara Sam Ratulangi, menghadang kedatangan Wapres RI agar bisa menyampaikan aspirasi masyarakat perbatasan Talaud secara langsung.

Aksi yang nekat tersebut membuat protokoler yang menangani kunjungan Wapres RI kelabakan dan harus membawa Wapres RI keluar dari wilayah Bandara Sam Ratulangi melalui pintu darurat.. Pesan aspirasi demo cukup tajam karena mempertanyakan hak kesetaraan dan keadilan sebagai bagian utuh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Secara otomatis, aksi ini menarik perhatian Wapres RI agar bisa menyimak dengan serius jeritan aspirasi mahasiswa dan pemuda perbatasan Talaud. Aksi demo GPMPT membuat Gubernur Sulut cukup kelimpungan karena membuat protokoler kunjungan Wapres RI kelabakan (Gubernur saat itu dijabat oleh Bapak E. E. Mangindaan). Dampak signifikan dari demo ini membuat isu otomomi kabupaten Talaud memancing perhatian pusat termasuk Presiden RI yang saat itu dijabat oleh Abdurahman Wahid dan didukung penuh oleh Wapres RI, Megawati Sukarno Putri.

Penggodokan status otonomi Kabupaten Talaud pun berproses progresif dalam tatanan legislasi DPR RI. Kolaborasi dari upaya perjuangan para tetua bersama para wakil rakyat Sulawesi Utara di tatanan DPR RI kian solid. Pada akhirnya mengantarkan Talaud resmi menjadi wilayah Kabupaten pada tanggal 10 April 2002 sesuai pengesahan wilayah otonomi Talaud oleh Presiden RI, Megawati Sukarno Putri. Melalui UU Nomor 8 Tahun 2002 Talaud menjadi resmi sebagai salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. 

Perjuangan panjang yang menguras air mata dan keringat dari para tetua dan para muda Porodisa berbuah manis penuh haru. Dan semuanya harus disyukuri dan diaminkan tidak luput dari campur tangan Tuhan atas kabupaten Talaud. Sekecil atau sebesar apapun pengorbanan yang pernah di lakukan oleh para pelopor pemekaran Kabupaten Talaud, baik yang tua maupun muda dengan segala perannya akan menjadi catatan tinta emas memberi teladan bagi para tunas-tunas muda Porodisa yang hari ini hidup di tengah era modernisasi, digitalisasi dan globalisasi. 

Uraian jejak historis melalui napak tilas perjuangan tunas muda Talaud GPMPT akan selalu menjadi catatan kontemplasi kritis bagi para milenial Porodisa yang hari ini bisa menghirup udara segar dari otonomi daerah Talaud yang sudah berusia 19 tahun.

Perjuangan muda Porodisa dulunya berhadapan dengan kesulitan disparitas pembangunan yang memprihatinkan dari berbagai aspek. Perjuangan mereka telah memberikan kontribusi dalam lahirnya kabupaten Talaud. Hari ini para milenial Porodisa berhadapan dengan kondisi berbeda dalam mewarnai pembangunan Kabupaten Talaud. Tantangan besar yang di hadapi para milenial Porodisa hari ini adalah merebaknya eforia hedonisme, materialisme dan individualisme sebagai konsekuensi praktis dari realitas era modernisasi, digitalisasi dan globalisasi. Tantangan ini berpotensi mereduksi kearifan local dan solidaritas social masyarakat yang adalah bagian dari warisan kultur yang berharga dari para leluhur bumi Porodisa dari Tinonda sampai Napombaru. 

Eforia hedonisme yang memandang materi dan kemapanan hidup sebagai tujuan utama bisa mereduksi moralitas sehingga bisa menghalalkan segala cara sekalipun harus membelakangi etika religius, moral dan adat. Eforia individualisme hanya akan membuat solidaritas social retak dan menciptakan kanibalisme social yang brutal. Konflik kepentingan social ekonomi secara horizontal akan menciptakan ekosistem sosial antara “predator” dan “mangsa”. 

Diskrimasi sosial melalui isolasi stratifikasi sosial akan semakin tajam memicu kesenjangan social yang individualistis. Eforia materialisme akan semakin membuat tradisi pragmatisme kian mengental dalam tatanan social masyarakat. Semua efek domino destruktif ini sangat toksik terhadap kearifan local dan solidaritas social masyarakat.

Foto bersama Tokoh Kabupaten Kepulauan Talaud (Foto: Ist)

Milenial Porodisa mutlak harus siap dan tangguh menghadapi tantangan yang sudah di uraikan di atas. Milenial Porodisa diharapkan bisa memiliki kompetensi kompetitif agar bisa bersaing di tengah era kompetisi global yang kian menembus sekat lokalitas yang paling tradisional. Dibutuhkan kecakapan mandiri yang berwawasan global tapi juga cerdas dan cakap mencipatkan inovasi konkrit dalam ruang lokalitas. Membangun sebuah kontribusi yang inovatif dan solutif dengan mengelola segala peluang, akses dan sumber daya local secara sinergis dan strategis. Merakit basis kemitraan secara independen bersama pihak pemerintah, swasta, akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan segenap elemen masyarakat akar rumput. Selalu berpikir optimis akan gagasan visioner tanpa terjebak dalam utopia dari idealisme yang kaku dan sulit menemukan jalan lahir membumikan gagasan-gagasan inovatif dalam ruang publik. Di sisi lainnya, selalu berpikir rasional dan kritis terhadap segala realitas local, nasional dan global tanpa terjebak dalam pola pikir apatis dan sinis.

Memiliki kesantunan dalam bertutur, bersikap dan berinteraksi dengan para figure yang lebih tua dan selalu menjadi perekat yang bisa merangkul heterogenitas dalam satu simpul solidaritas yang erat. Kemampuan diplomatis yang cerdas dalam mengelola gagasan dan narasi inovatif dan solutif sehingga beragam akses strategis bisa di rangkul menjadi satu paket kemitraan yang berkontribusi konkrit terhadap transformasi social masyarakat secara holistik. 

Akumulasi dari nilai unggul melalui spiritualitas, integritas, profesionalitas dan konektifitas harus menjadi patron utama menciptakan kader-kader muda Porodisa yang unggul, berdaya saing dan siap menjadi penerus tongkat estafet pembangunan Kabupaten Talaud di masa depan. Tidak membiarkan inferioritas dan pola pikir konservatif yang kaku menjadi jerat yang menghalangi gerakan kepeloporan dari para muda Porodisa yang progresif. 

Deksripsi dari karakteristik kader muda Porodisa ini harus menjadi “roadmap” dari para pemangku kebijakan public, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidik dan tokoh masyarakat Kabupaten Talaud. Agar kita akan memiliki asset “generasi emas Porodisa” yang akan membuat wajah Kabupaten Talaud bersinar lebih cemerlang di masa depan. Dan membuat Bumi Porodisa menjadi bagian integral NKRI di “kawasan bibir pasifik” yang akan dengan lantang berbicara tentang pekik perubahan revolusioner ke seantero Nusantara bahkan di kancah internasional. 

Akhir kata, Selamat Ulang Tahun Yang Ke-19 Tahun Kabupaten Kepulauan Talaud. Bersama Tuhan, kita rajut solidaritas dan inovasi membangun Kabupaten Kepulauan Talaud dari Tinonda sampai Napombaru menuju Talaud yang di berkati Tuhan, unggul, mandiri dan sejahtera.


Tentang Penulis 


Jerry Bambuta

Sejak tahun 2010 aktif sebagai Mentoring Group Leader dari pelayanan misi holistic interdenominasi ARK OF CHRIST LANGOWAN yang dinaungi oleh Yayasan Bahtera, berpusat di Bandung, Jawa Barat. Aktif dalam melakukan kegiatan pelatihan kepemimpinan muda dan pemuridan di kampus UNSRAT Manado dan UNIMA Tondano. Selain itu, aktif sebagai Leader dari MATCON (Mapalus Tech Construction) yang fokus dalam layanan komersil dalam bidang Website Development, Software Development, Rural Network Solutions, Land VSAT, Marine VSAT, IT Security, IT Consulting & Training. Bersama tim MATCON, pada tahun ini sementara menyiapkan konsep optimalisasi dalam peran pendampingan e-government untuk setiap Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota dan Pemerintah Desa dalam penerapan e-government di kawasan Sulawesi Utara dan Indonesia Timur. 

Selain itu juga, berperan aktif sebagai pimpinan dalam program Forum Literasi Masyarakat (Forlitmas) Sulawesi Utara, FORLITMAS adalah sebuah wadah edukatif yang fokus membangun literasi masyarakat, publikasi riset, afiliasi kemitraan dan inkubasi kemandirian masyarakat. Forlitmas didominasi oleh pemuda / mahasiswa yang terpanggil berperan dalam membangun kultur literasi masyarakat baik secara lokal maupun nasional. Dalam kegiatan swadaya tani nelayan, sejak tahun 2014 giat melakukan pembinaan petani di Kabupaten Minahasa dalam program GENTA SAKTI (Gerakan Pertanian Desa Produktif). Email: Jerbam157@gmail.com