Warga Sangihe di Gensan Siap Pasok Beras, Opo Manossoh: Pemda Harus Tanggap - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Warga Sangihe di Gensan Siap Pasok Beras, Opo Manossoh: Pemda Harus Tanggap

 Dr Hendrik Manossoh, M.Si.Ak, CA (Foto: Ist)

Sulut24.com, TAHUNA - Kehabisan stok beras yang dialami masyarakat Marore, Kabupaten Sangihe, tepat saat perayaan HUT ke-77 RI membuat sejumlah pihak prihatin. Termasuk warga Sangihe asal Marore yang sudah berdomisili di General Santos (Gensan), Filipina.

Dikabarkan, komunitas Sangihe di Gensan siap memasok kebutuhan pokok, terutama beras dalam waktu dekat. Sejumlah warga Marore menyebut, keluarga mereka di Marore siap mengantar beras ke Marore. Sebab jarak tempuh Gensan ke Marore hanya sekira 4-6 jam. 

"Kalau pakai Fuso empat jam paling cepat sudah tiba di Marore. Itu dari Gensan, bulan-bulan ini laut cukup tenang," kata Frets Dalentang, salah satu warga Marore, Jumat (19/8/2022) sore kepada awak media ini.

Kalau hanya beras, sebut mereka, akan mampu disiapkan dan langsung didistribusikan untuk warga Marore. Apalagi kalau kekurangan stok beras yang notabene disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah daerah. Atau alasan tiga kapal perintis yang melayari rute ke Marore sedang naik dok atau lagi diperbaiki saat ini.

Terhadap kekurangan stok beras dan kondisi lain di lapangan yang mengemuka saat ini, Ketua Umum Pemuda Nusa Utara (PNU), Dr Hendrik Manossoh, M.Si.Ak, CA, mendesak pemerintah daerah untuk segera bertindak. Apalagi yang dikeluhkan masyarakat adalah ketersediaan kebutuhan pokok.

"Pemda harus sigap, tidak boleh gagap dan melempar banyak alasan yang tidak masuk akal. Ingat, Marore adalah kecamatan khusus dan salah satu titik batas wilayah negara. Harus cepat diperhatikan, ada solusi ideal untuk mengatasinya," urai Opo, sapaan akrab Hendrik Manossoh, Jumat (19/8/2022) malam ketika dihubungi media ini.

Menurut Opo, kehabisan stok beras yang mewarnai perayaan HUT kemerdekaan RI tahun 2022 di Pulau Marore sangat memiriskan. "Alasan karena kapal perintis yang selama melayari pulau- pulau di perbatasan sudah dua bulan berhenti beroperasi, itu tidak bisa diterima akal sehat. Sudah dua bulan tidak beroperasi, harusnya sejak saat itu ada solusi," urai Opo.

Misalnya, lanjut Opo, pemerintah daerah langsung mengusulkan ke pihak yang mengelola kapal perintis untuk menyiapkan kapal pengganti. Paling ideal mengusulkan alih rute kapal lain yang sedang beroperasi. Kalau nanti sekarang baru diatasi, masyarakat sudah telanjur lapar," tegas Opo.

Seperti diberitakan sebelumnya olehmedia online lintasutara.com, salah satu warga Marore bernama Fenly, mengungkapkan stok bahan pokok ssudah menipis, bahkan beras sudah tidak diperjual belikan. “Beras di warung- warung stoknya habis, sekarang ini situasi sulit bagi kami di Pulau Marore,” ujarnya dengan nada lirih.

Situasi tersebut dibenarkan Camat Kepulauan Marore, Marcos Sasiang. Menurut Sasiang, kekurangan pangan yang dialami warganya akibat berhentinya kapal perintis. “Untuk penjualan beras di warung sudah terhenti, stok sudah habis,” tuturnya singkat. (fan/*)