Bitcoin Terperosok ke Bawah US$ 90.000 di Tengah Tekanan Makro dan Arus Keluar ETF
Pergerakan harga Bitcoin (Gambar via Tradingview)
Harga anjlok lebih dari 25% sejak puncak Oktober; pasar kripto kehilangan lebih dari US$ 1 triliun.
Sulut24.com - Bitcoin jatuh ke level US$ 86.681 pada Jumat, (21/11) menyentuh titik terendah dalam tujuh bulan di tengah tekanan makro-ekonomi global, arus keluar ETF, dan gelombang likuidasi posisi leverage.
Penurunan ini membuat harga Bitcoin melemah lebih dari 25% sejak mencapai puncak di atas US$ 126.000 pada awal Oktober.
Reuters melaporkan bahwa peluang Bitcoin menutup tahun di bawah US$ 90.000 meningkat berdasarkan aktivitas di pasar opsi. Kondisi itu menambah tekanan terhadap pasar kripto yang sudah melambat sejak awal November.
“Sentimen investor memburuk karena ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed semakin kecil. Aset berisiko seperti kripto terkena dampaknya secara langsung,” kata Ravi Menon, analis komoditas yang dikutip dari Reuters.
Produk spot Bitcoin ETF juga mencatat arus keluar besar pekan ini. Business Insider melaporkan bahwa keluarnya dana investor dari ETF mempercepat tekanan jual di pasar kripto.
“Kami melihat gelombang likuidasi otomatis setelah support US$ 92.000 jebol. Tekanan itu memicu penurunan cepat menuju wilayah US$ 86.000,” ujar Laura Kim, kepala riset aset digital di Seoul, seperti dikutip The Economic Times.
Penurunan Bitcoin juga terjadi seiring melemahnya pasar saham global, terutama sektor teknologi, sementara imbal hasil obligasi AS yang naik menekan minat investor terhadap aset berisiko.
The Economic Times mencatat bahwa kapitalisasi pasar kripto global telah menyusut lebih dari US$ 1 triliun dalam beberapa minggu terakhir akibat aksi ambil untung dan ketidakpastian ekonomi.
Beberapa analis memperkirakan area US$ 84.000–US$ 86.000 menjadi zona pertahanan penting bila tekanan jual berlanjut. Arus masuk/keluar ETF serta kebijakan suku bunga The Fed dinilai akan tetap menjadi faktor penentu pergerakan harga dalam waktu dekat. (fn)

