Ketua Sinode Germita Desak Polisi Tangkap Aktor Intelektual Dibalik Demo Anarkis Penolakan UU Cipta Kerja - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Ketua Sinode Germita Desak Polisi Tangkap Aktor Intelektual Dibalik Demo Anarkis Penolakan UU Cipta Kerja

Ketua Umum Sinode GERMITA, Pdt. Dr. Arnold A. Abbas (Istimewa)

Sulut24.com - Talaud, Ketua Umum Sinode Gereja Masehi Injili Talaud (GERMITA) Pdt. Dr. Arnold Apolos Abbas mengeluarkan pernyataan sikap terkait kerusuhan atau demo anarkis yang terjadi pada Kamis 8 Oktober 2020 lalu, akibat adanya penolakan terhadap UU Cipta Kerja atau Omnibus Law. 

Dalam pernyataan sikap yang dikeluarkan pada Sabtu (10/10/2020) tersebut, Ketua Sinode Germita mendesak Polri untuk menangkap aktor intelektual dibalik oknum-oknum yang melakukan pengrusakan terhadap fasilitas umum. 

”Kami mendesak kepada pihak penanggung jawab keamanan (Polri), agar dapat menangkap aktor intelektual di balik kerusuhan tersebut,” jelas Ketua Umum Sinode Germita dikutip dari pernyataan sikap Ketua Sinode. 

Pdt. Dr. Arnold A. Abbas menilai, aktor intelektual dibalik oknum-oknum perusuh lah yang paling bertanggung jawab.

”Jadi tidak hanya menindak para perusuh yang didalam terdapat para pelajar dan masiswa yang sebagian tidak tahu menahu dengan masalah tersebut,  tetapi terutama para aktor intelektual dibalik kerusuhan tersebut. Merekalah sesungguhnya yang paling bertanggung jawab, terhadap kerusuhan itu, yang notabene merusak fasilitas umum,” kata Pdt. Dr. Arnold A. Abbas melalui pernyataan sikap tersebut. 

Ia kemudian menduga kerusuhan tersebut sudah direncanakan sebelumnya dengan menyebarkan informasi sara atau hoax yang menyebabkan masyarakat menjadi terprovokasi dan kemudian menolak Undang-undang Omnibus Law. 

”Padahal UU Cipta Kerja sesuai siaran pers/penjelasan Presiden Jokowi justru menjamin peningkatan kesejahteraan para pekerja,” jelasnya.

Untuk itu Ketua Umum Sinode Germita mengajak seluruh Tokoh yang mempunyai pengaruh agar tidak terprovokasi dengan isu liar atau hoax. 

”Mengajak para tokoh rohaniwan, pemimpin agama, bahkan segenap masyarakat yang dikaruniai kemampuan memimpin dan mempengaruhi banyak orang, agar tak mudah terprovokasi dengan berita yang tidak benar (hoax),” tandas Abbas.

”Kami tidak mau bangsa ini diobrak-abrik oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin Indonesia menjadi chaos/rusuh,” tambah Abbas, penuh prihatin.

(Fn)