Pdt. Tamaka: Stop Pemberlakuan Ekslusif Terhadap Calon, “Manado Not For Sale” - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Pdt. Tamaka: Stop Pemberlakuan Ekslusif Terhadap Calon, “Manado Not For Sale”

Pendeta Melki Tamaka, M.Th (Foto: Ist)

Sulut24.com - Manado, Momentum pilkada tahun 2020 sebaiknya menjadi proses edukasi dan pembelanjaran bagi Gereja untuk tetap menjadi garam dan terang dunia bagi sesama, dan bukan sebaliknya justru menghadirkan gelap bagi sesama.

Dalam momentum politik saat ini, Gereja harus menyatakan diri yang sesunguhnya, bukan sebaliknya Gereja justru menjadi komoditas politik kelompok tertentu.

“Tugas dan fungsi Gereja harus menjadi garam dan terang bagi sesama. Bukan sebaliknya, Gereja justru menjadi gelap bagi sesama,” tutur Pendeta Melki Tamaka, M.Th.

Mantan Sekretaris Departemen Misi dan Oikumene Sinode GMIM ini mengatakan, fenomena banyak Gereja menghadirkan kandidat kepala daerah maupun kepala daerah untuk diutus dan dioakan secara bersama-sama, adalah fenomena yang harus diwaspadai oleh Gereja itu sendiri. 

“Hal yang saya kuatirkan adalah, ketika kandidat yang didoakan dan diutus kalah bertarung dalam pilkada 09 Desember 2020 mendatang, Gereja justru akan malu dengan tindakannya. Jadi, tidak perlu ada pemberlakuan secara ekslusif terhadap calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah supaya Gereja tidak terpukul dengan perbuatannya sendiri,” urai Tamaka polos.

Fenomena pengutusan jangan sampai disalah artikan oleh Gereja itu sendiri. “Kenapa pada saat BPMS GMIM terpilih, cuma ada satu Pendeta yang menumpangkan tangan. Ini menunjukan bahwa, pengutusan adalah hal untuk memberkati dan menerima berkat Tuhan,” jelas Tamaka. 

”Hanya saja, proses penumpangan tangan ini tidak akan menjadi kudus, apabila calon kepala daerah maupun kepala daerah yang menerima penumpangan tangan berlaku tidak jujur dihadapan Tuhan, suka korupsi atau kerap melakukan money politik, maka proses penumpangan tangan justru menjadi tidak berarti,” beber Tamaka dalam sebuah diskusi kemarin.

Sebagai bagian dari warga kota Manado, jebolan Fakultas Theologia UKI Tomohon ini mengakatan, agar kekudusan Gereja yang selama ini menjadi harta yang paling berharga warga kota Manado sebaiknya tidak ditukar dengan selembar uang yang hanya merusak tatanan kehidupan Gereja itu sendiri. “Kalau saya boleh pinjam istilah, Manado Not For Sale,” jelas Tamaka menutup pembicaraan. (*tim)