Nyaris Ricuh, Warga Protes Penanganan Jenazah Pasien Covid-19 - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Nyaris Ricuh, Warga Protes Penanganan Jenazah Pasien Covid-19

Situasi penanganan jenazah pasien Covid-19 (Foto: Ist)

Sulut24.com - SANGIHE, Persoalan pemakaman jenazah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 kembali mengundang perhatian publik. Kali ini terjadi di kampung Sensong kecamatan Tabukan Tengah, Jumat (23/7/2021) siang tadi.

Puluhan warga kampung Sensong bersama keluarga pasien ramai - ramai memprotes penanganan pemakaman salah satu warganya, berinisial HL yang meninggal dalam kondisi dinyatakan positif Covid-19. Protes warga yang nyaris memicu kericuhan sepertinya cukup beralasan karena warga menilai jenazah dibiarkan terlantar hingga 2 jam sebelum dimakamkan secara protokol Covid-19.

Warga menuturkan, ceritanya berawal Kamis (22/7) saat HL dibawa ke Rumah Sakit Liun Kendage Tahuna sekitar pukul 20.00 wita karena sakit. Keesokan harinya HL meninggal dunia pukul 07.00 wita dan dinyatakan positif rapid antigen, sementara hasil Swab PCR-nya belum didapatkan karena masih menunggu hasil dari Laboratorium Manado.

Oleh gugus tugas, kata warga, meski belum mengantongi hasil Swab PCR, HL ditetapkan sebagai pasien yang akan dimakamkan secara protap Covid-19. Ditambahkan, jenazah HL kemudian dibawa menggunakan Ambulance dan tiba di kampung Sensong pukul 13.00 wita untuk dimakamkan. "Sayangnya, proses pemakaman molor hingga pukul 15.00 wita. Jenazah "tabiar" 2 jam dalam Ambulance," ungkap warga Sensong yang tak bersedia identitasnya dikorankan.

"Jenazah ditelantarkan dalam mobil itulah yang memicu kemarahan warga. Warga marah karena petugas pemakaman nanti datang 2 jam di lokasi," tambahnya.

Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui Kepala BPBD, Ir Revolius Pudihang dikonfirmasi Sulut24.com membantah jika pihaknya menelantarkan jenazah Covid-19 di kampung Sensong. Menurutnya, petugas pemakaman sebelumnya menangani tiga kejadian beruntun di Tahuna kemudian menuju kampung Sensong dan keterlambatan itu tidak sampai 2 jam.  

"Tidak benar kami menelantarkan jenazah. Kendalanya ada tiga kejadian beruntun di Tahuna, jadi pergerakan lambat dan ada peristiwa duka di internal BPBD," jelas Pudihang seraya mengakui semuanya telah di tangani dengan baik. (Vickh/Johan)