Kajian Banjir di Wilayah Bolmong, Bolmut Dan Bolsel - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Kajian Banjir di Wilayah Bolmong, Bolmut Dan Bolsel

Luapan lumpur saat menggenangi jalan Desa Bakan, Kecamatan Lolayan (Foto: Ist)


Tulisan : Deasy Makalalag 


Sulut24, OPINI - Pada tahun 1927, Federasi Statuut Kerajaan Serikat Bolaang Mongondow di pusatkan di Kotamobagu kemudian kerajaan Serikat ini dibagi menjadi dua divisi, Mongondowsch Zuid (Selatan) dan Noorden Mongondowsch (Utara). Beberapa wilayah yang dibentuk ini dikepalai oleh seorang Bupati atau Panggulu dan atau langsung  seorang raja. Mongondow Utara terdiri atas dua kabupaten dan dua kerajaan yaitu :

Kabupaten Pasi di pimpin Panggulu

Kabupaten Bolaang di Pimpin Panggulu

Kerajaan Bintauna di pimpin Raja

Kerajaan Kaidipang Besar di pimpin Raja

Mongondow Selatan terdiri atas 3 kabupaten dan 1 kerajaan yaitu :

Kabupaten Lolayan di pimpin Panggulu

Kabupaten Dumoga di pimpin Panggulu

Kabupaten Kotabunan Di pimpin Panggulu

Kerajaan Bolaang uki di pimpin Raja.

(https://boganinews.com/2021/02/menelisik-lahirnya-kotamobagu/).

Panggulu atau Bupati Kabupaten Lolayan kala itu dipimpin oleh Aki Muhaebat Kadengkang. Menurut silsilah keluarga Aki Mohaebat Kadengkang mempunyai anak tiri yang bernama Abo Tompikat Gie Manoppo (T.G. Manoppo). Abo T.G. Manoppo ini adalah Kakek Buyut saya, ayah dari Kakek Abo Banjar Manoppo yang merupakan Bapak Kandung Almarhumah Ibu saya (Hj.N.Manoppo). 

Begitu juga dengan nenek dari almarhumah ibu saya, nenek Bii Kadengkang adalah anak dari Aki Muhaebat Kadengkang, dan nenek dari ayah saya Nenek Rubenet Kadengkang adalah anak dari Aki Muhaebat Kadengkang, jadi saya merupakan turunan langsung dari Aki Muhaebat Kadengkang baik dari sisi Ibu maupun Bapak (Alfateha buat semua kakek/nenek dan ibu saya) Atas dasar ini maka saya ingin membahas Kecamatan Lolayan dilihat dari daya dukung daya tampung lingkungan hidup untuk jenis jasa ekosistem pengatur mitigasi banjir.

Luas Kecamatan Lolayan dalam Dokumen Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2019 adalah seluas 28.343,1299 ha atau sekitar 8,6% total luas wilayah Bolaang Mongondow. Kecamatan Lolayan merupakan kecamatan ketiga terbesar (Sang Tombolang, Lolak dan Lolayan) di Kabupaten Bolaang Mongondow.

Jenis Jasa Ekosistem yang merupakan jasa pengaturan mitigasi banjir yang berfungsi membentuk dan memelihara keseimbangannya sendiri melalui sistem pengaturan dan pengendalian atas proses-proses alamnya terdiri dari kelas dan indeks jasa lingkungan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Untuk Kecamatan Lolayan, kelas dan indeks jasa lingkungan yang rendah untuk penutupan lahan adalah sebagai berikut :

Permukiman dan Tempat Kegiatan : 6,1 Ha

Sawah : 19 Ha

Semak Belukar : 1.265 Ha

Tanah Kosong/Gundul : 0,5 Ha

Tegalan/Ladang : 1.204 Ha

Saya ingin membahas penyebab banjir di wilayah Bolmong-Bolmut pada tanggal 3 Maret 2020 dan kaitannya dengan D3TLH Jasa Ekosistem Pengaturan Mitigasi Banjir. Penyebab banjir di wilayah Bolmong yang tersebar di 4 kecamatan wilayah Bolmut yaitu Kecamatan Bintauna, Bolangitang Barat, Bolangitang Timur dan Sangkub, serta Desa Domisil Kec. Sang Tombolang Kabupaten  Bolaang Mongondow adalah :

Curah hujan yang mencapai 82,4-321,2 mm/hari, kapasitas pengairan kecil, tanah jenuh air dan curah jumlah curah hujan tidak mampu ditampung oleh badan sungai, Teknik pertanian tidak memperhatikan konservasi tanah dan air, Perambahan kawasan hutan dan kondisi topografi yang curam di wilayah hulu yang rentan longsor

Untuk DAS Domisil yang berada di wilayah Kab. Bolaang Mongondow, penutupan lahan terbesar adalah semak belukar dengan luas 346,39 ha. Dalam Buku KLHS Revisi RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow, Jasa Ekosistem Pengatur Mitigasi Banjir Rendah, penutupan lahan berupa semak belukar merupakan yang paling luas (5.066 ha) untuk Kec. Sang Tombolang.

Jasa ekosistem pengatur mitigasi banjir yang sangat rendah di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara berdasarkan Buku Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) 2019, untuk penutupan lahan adalah sebagai berikut :

Belukar : 109 ha

Permukiman : 270 ha

Pertanian Lahan Kering : 2.141 ha

Pertanian Lahan Kering Campur : 1.380 ha

Sawah : 2.792 ha

Tanah terbuka : 1,08 ha

Lokasi area terdampak untuk kejadian banjir Bolmut ada sekitar 16 DAS (Bait, Binjeita, Biontong, Bohabak, Hame, Hame II, Kuhanga, Malabai, Mome, Sampiro, Sangkub, Sangkub Kecil, Sang Tombolang, Sangtombolang Barat, Sangtombolang Utara, dan Sapanae) dengan penutupan lahan terbesar rata-rata berupa Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur dan Sawah (Analisis Kejadian Banjir Bolmong-Bolmut 4 Maret 2020 Oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Tondano, Dirjen Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung, KLHK. 2020)

Jadi bisa disimpulkan bahwa Jasa Ekosistem  Pengatur Mitigasi Banjir terhadap penutupan lahan untuk Dokumen Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) sesuai dengan Analisis Kajian Banjir dari BPDAS dan HL Tondano.

Untuk kejadian banjir di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 25 Juli 2020 yang meliputi Kecamatan Tomini, Kec. Bolaang Uki, Kec. Posigadan, Kec. Helumo dan Kec. Pinolosian,  dengan penyebab banjir adalah sebagai berikut :

Curah hujan mencapai 198 mm/hari (sangat lebat), kapasitas pengairan kecil, tanah jenuh air, debit puncak cepat tercapai sehingga tidak mampu ditampung oleh badan sungai, Topografi dominan curam/sangat curam, jarak antara hulu dan hilir yang relatif pendek, Bentuk DAS memanjang memiliki karakteristik debit puncak datang cepat dan penurunannya cepat.

Jasa ekosistem pengatur mitigasi banjir yang sangat rendah dan rendah di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berdasarkan Buku Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) 2020,  adalah sebagai berikut :

Kec. Bolaang Uki (sangat rendah) : 87 ha

Kec. Helumo (rendah) : 3.391 ha

Kec. Pinolosian (rendah) : 3.750 ha

Kec. Pinolosian Tengah (rendah) : 3.326 ha

Kec. Pinolosian Timur (rendah) : 5.699 ha

Kec. Posigadan (rendah) : 5.952 ha

Kec. Tomini (rendah) : 2.109 Ha

Lokasi area terdampak untuk kejadian banjir Bolsel ada sekitar 12 DAS ( Pilolahunga, Inosota, Milangodaa, Sinandaka, Koroisi, Minanga Tangagah, Salongo, Molibagu, Tolondadu, Tabilaa, Sinawan Motoben dan Pinolosian) dengan penutupan lahan sebagai berikut :

DAS Inosota : Hutan Lahan Kering Primer = 1.045 ha 

DAS Koroisi : Pertanian Lahan Kering = 242 ha

DAS Milangodaa : Hutan Lahan Kering Primer = 10.899 ha

DAS Minanga Tangagah : Hutan Lahan Kering Primer = 4.286 ha

DAS Molibagu : Hutan Lahan Kering Sekunder =1.882 ha dan Pertanian Lahan Kering Campur = 1.436 ha

DAS Pilolahunga : Hutan Lahan Kering Primer = 4.432 ha

DAS Pinolosian : Hutan Lahan Kering Primer = 7.303 ha dan Hutan Lahan Kering Sekunder = 3.930 ha

DAS Salongo : Hutan Lahan Kering Primer = 4.072 ha

DAS Sinandaka : Hutan Lahan Kering Primer = 3.044 ha

DAS Sinawan Motoben : Hutan Lahan Kering Sekunder = 932 ha

DAS Tabilaa : Pertanian Lahan Kering = 254 ha

DAS Tolondadu : Hutan Lahan Kering Primer : 1.798 

Dalam Buku D3TLH Kab. Bolsel saya tidak mendapati jenis Penutupan Lahan untuk Jasa Ekosistem Pengatur Mitigasi Banjir, yang ada  hanya wilayah kecamatannya saja sehingga bisa disesuaikan wilayah DAS tersebut diatas masuk di wilayah kecamatan yang mana dari 7 kecamatan yang ada. (Warga Bolaang Mongondow Selatan pasti lebih paham dengan kondisi daerahnya). 

Menurut Analisis Kejadian Banjir Bolsel, penutupan lahan terbesar rata-rata berupa Hutan Lahan Kering Primer, Hutan Lahan Kering Sekunder serta  Pertanian Lahan Kering (Analisis Kejadian Banjir Bolsel 25 Juli 2020 Oleh Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Tondano, Dirjen Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung, KLHK. 2020)

Dalam KLHS Revisi RTRW Kabupaten Bolaang Moongondow Tahun 2020, untuk kawasan bencana Banjir tidak terdapat di Kecamatan Lolayan, yang ada hanya kawasan bencana longsor dengan rincian sebagai berikut :

Pola Ruang : Kawasan Perkebunan

Penggunaan Lahan : Perkebunan/Kebun

Bencana : Longsor

Luas : 53,8 ha

Pola Ruang : Kawasan Perkebunan

Penggunaan Lahan : Hutan Rimba = 6,7 han Perkebunan/Kebun = 25 ha

Konsesi Tambang : Kontrak Karya

Pola Ruang : Kawasan Perkebunan

Penggunaan Lahan : Perkebunan/Kebun = 103 ha

Konsesi Tambang : WIUP                        

Kurang lebih ada sekitar 188,5 ha wilayah di Kecamatan Lolayan yang rawan longsor. Dalam Buku D3TLH Kabupaten Bolaang Mongondow, untuk Jasa Ekosistem Pengatur Mitigasi Longsor juga ada tapi saya lebih ingin membahas untuk banjir, karena pasti longsor dan banjir adalah merupakan saudara kandung semesta. Saya ingat, sekitar 4 tahun yang lalu di bulan september 2017 pernah terjadi peristiwa banjir bandang di wilayah Kecamatan Lolayan tepatnya di Desa Tanoyan Utara dan Desa Bakan. Untuk lebih me-refresh lagi ingatan kita saya lampirkan link beritanya (https://www.indopostmanado.com/2017/09/18/astaga-peti-diduga-sebabkan-banjir-bandang-lolayan/)

Dan juga pada tahun 2014 di bulan agustus peristiwa banjir bandang pernah melanda wilayah Kecamatan Lolayan tepatnya di Desa Mengkang dan Desa Tanoyan Utara. 

Desa Mengkang merupakan wilayah terparah dan Kincir Angin Para Dewa pun rusak ketika itu (https://www.tribunnews.com/regional/2014/08/14/dihantam-banjir-bandang-sekitar-6-kk-di-desa-mengkang-mengungsi). 

Kalau sekiranya Aki Muhaebat Kadengkang masih hidup, beliau pasti akan menangis melihat bagaimana kondisi wilayah yang pernah dipimpinnya sekitar 90 an tahun yang lalu. Hasil analisis kejadian banjir di wilayah Bolmut-Bolmong maupun Bolsel tahun 2020, serta D3TLH Penyedia Jasa Ekosistem Pengaturan Banjir yang rendah dapat memberikan gambaran sekaligus warning buat kita terutama wilayah dengan kondisi penutupan lahan yang ada di Kecamatan Lolayan Negeri Totabuan Yang Kaya Raya. (Penulis merupakan pemerhati lingkungan di wilayah Bolmong Raya)