Lintas Komisariat Cipayung Sulut Kritisi Kekerasan Seksual dan Matinya Demokrasi di Lingkungan Kampus - <!--Can't find substitution for tag [blog.Sulut24]-->

Widget HTML Atas

Lintas Komisariat Cipayung Sulut Kritisi Kekerasan Seksual dan Matinya Demokrasi di Lingkungan Kampus

Ketua-ktua Lintas Komisariat organisasi Cipayung (Foto: Ist)

Sulut24.com, MANADO - Pelecahan seksual dan matinya demokrasi dalam dunia kampus, menjadi pembicaraan trending bagi  mahasiswa di era saat ini.

Kampus adalah wadah intelektual bagi mahasiswa, ruang dinamika, dan juga sebagai representasi dari wajah pendidikan Indonesia. Akan tetapi, dunia kampus hari ini, sedang tidak baik-baik. Pandangan tersebut disampaikan oleh ketua komisariat GmnI Fispol Unsrat, Febrianto Arifin kepada awak media, Minggu (9/1/2022).

"Telah tumbuh sebuah kultur di kampus, yaitu kultur feodal. Yang dimana, pihak kampus telah mengintervensi ruang-ruang berdemokrasi mahasiswa, sehingga tidak ada lagi wadah berdialektika di kampus, karena dilegalkan sebuah kebijakan pembinaan kampus, belum lagi persoalan mengenai pelecehan seksual," tuturnya sembari menyebut lintas komisariat organisasi Cipayung membahas dinamika yang ada pada kemarin hari, di Cafe Kopiko, Sabtu (8/01/2022).

Maka dari itu, Febrianto mengajak semua organisasi pergerakan untuk bahu membahu bersatu melawan segala bentuk dinamika yang terjadi di lingkungan kampus.

Senanda dengan Febrianto, ketua HMI komisariat FISIP ini, Rizky Walangadi menyebut pergerakan mahasiswa saat ini terjadi degradasi, yang artinya mahasiswa semakin jauh dari minat membaca, berdiskusi, menulis hingga mengenai basic keilmuan.

"Dengan kemajuan teknologi saat ini, menjadikan mahasiswa mulai terlena secara tidak langsung, apa lagi ditengah pandemi saat ini," katanya.

Ia kemudian menyentil  sistem perkuliahan yang pada saat ini masih secara online. "Banyak mahasiswa saat ini minat belajarnya tidak terkontrol, dan bisa dibilang kampus menutup ruang demokrasi dari mahasiswa," cetus Rizky.

Sedangkan ketua Komisariat  PMKRI Unsrat, Velisitas  P Mandagi,  yang diwakili Boston situmorang selaku anggota. Mengatakan, hak asasi manusia (HAM) harus ditegakkan, dan juga kesadaran mahasiswa sendiri dalam menyikapi dinamika sosial. "Mahasiswa harus meningkatkan cara berpikir kritis, guna mewujudkan tujuan, demi kebaikan kampus kedepannya, dan lebih memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang berguna," tutupnya. (fn)