Iran Tembakkan Rudal Sejjil ke Israel, Dicegat Pertahanan Udara IDF
Ilustrasi (Foto: ist)
Rudal balistik jarak menengah Sejjil diluncurkan pada 18 Juni, menyebabkan luka ringan meski berhasil dicegat sistem pertahanan Israel
Sulut24.com, Internasional - Iran meluncurkan satu rudal balistik Sejjil ke arah Israel pada malam 18 Juni 2025 dalam eskalasi terbaru konflik kedua negara, menurut militer Israel. Rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara, namun serpihan jatuh dan melukai seorang pria di wilayah selatan Israel.
“Rudal Sejjil berhasil dihancurkan di udara oleh sistem pertahanan Arrow kami. Sayangnya, pecahannya melukai ringan seorang warga sipil di dalam kendaraannya,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Letkol Jonathan Conricus, dalam pernyataan resmi yang dirilis kepada kantor berita Reuters dan dikutip media lokal Haaretz.
Kementerian Pertahanan Iran mengonfirmasi peluncuran rudal tersebut dalam siaran berita pada 18 Juni yang disampaikan melalui Kantor Berita Republik Islam Iran (Islamic Republic News Agency/IRNA). “Rudal Sejjil merupakan bagian dari hak pertahanan diri Republik Islam untuk menanggapi agresi zionis,” kata Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Divisi Dirgantara Garda Revolusi Iran (IRGC).
Menurut data yang disampaikan oleh Dewan Keamanan Nasional Israel dalam laporan resminya kepada Knesset, Iran telah meluncurkan lebih dari 400 rudal dan 1.000 drone ke arah Israel sejak awal Juni 2025. Sekitar 20 rudal dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan dan menghantam sasaran di area permukiman dan pangkalan militer.
Rudal Sejjil merupakan rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat buatan Iran, pertama kali diuji coba pada 2008. Rudal ini memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer dan dapat membawa hulu ledak seberat hingga 1.500 kilogram, menurut laporan teknis dari Institut Penelitian Pertahanan Strategis Iran yang dikutip oleh Tasnim News Agency.
“Ini adalah eskalasi yang menunjukkan Iran kini lebih berani menggunakan senjata strategisnya. Rudal Sejjil tidak sembarangan digunakan dalam konflik konvensional,” ujar Dr. Efraim Kam, analis senior keamanan dari Institut Studi Strategis Tel Aviv (INSS), dalam wawancara dengan Reuters pada Rabu.
Konflik antara Iran dan Israel meningkat sejak akhir Mei, setelah serangan udara di Damaskus yang menewaskan seorang perwira tinggi IRGC. Iran menyebut insiden itu sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan nasional” dan menyatakan pembalasan akan terus dilakukan, sebagaimana diberitakan oleh IRNA dan Press TV.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dalam konferensi pers di Tel Aviv pada 18 Juni, menyerukan kepada masyarakat internasional untuk ikut menekan Teheran. “Kami tidak mencari perang, tetapi akan melindungi warga negara kami dengan segala cara,” ujarnya, sebagaimana dilaporkan oleh The Times of Israel.
Kementerian Kesehatan Israel, dalam laporan harian yang dipublikasikan melalui saluran resmi pemerintah, mencatat sedikitnya 24 warga tewas dan lebih dari 180 orang terluka akibat serangan rudal dan drone Iran sepanjang Juni.
PBB, melalui pernyataan Sekjen António Guterres pada 18 Juni di New York, serta pernyataan resmi dari Perwakilan Tinggi Uni Eropa Josep Borrell, menyerukan deeskalasi dan gencatan senjata segera, meski hingga kini tidak ada kesepakatan yang tercapai. (fn)