PMKRI Manado: Menyalakan Harapan di Tengah Tantangan Anak Muda Kota
Ketua Presidium PMKRI Cabang Manado periode 2023-2025, Agnes Laratmase (Foto: dok pribadi/Agnes Laratmase)
PMKRI Dampingi Anak Putus Sekolah di Manado, Ajarkan Baca Tulis hingga Bahasa Inggris
Sulut24.com, MANADO - Di tengah riuhnya geliat kota Manado yang terus berkembang, ada kisah-kisah sunyi yang tak jarang luput dari perhatian. Kisah tentang anak-anak muda yang kehilangan arah, terperangkap dalam pergaulan negatif, dan tersisih dari dunia pendidikan. Namun, di antara keheningan itu, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Manado mencoba menyalakan harapan.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Manado
periode 2023-2025, Agnes Laratmase, mengungkapkan bahwa organisasinya sedang menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pengembangan generasi muda. Namun, tantangan itu tidak membuat mereka berhenti.
“Kami aktif melakukan pembinaan dalam berbagai bentuk formal, informal, maupun non-formal,” ujar Agnes. Ia menambahkan bahwa PMKRI juga menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat dan pemuda Katolik lainnya untuk berdiskusi dan membahas isu-isu yang bisa meningkatkan soft skill dan kapasitas intelektual kaum muda.
Reduksi Pengaruh Pergaulan Negatif
PMKRI Manado sadar betul bahwa pengaruh buruk pergaulan bebas menjadi salah satu tantangan utama anak muda di kota ini. Sebagai langkah konkret, para kader PMKRI aktif terlibat dalam berbagai pertemuan yang difasilitasi kerasulan awam di lingkungan gereja. Di forum-forum tersebut, mereka menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi generasi muda yang semakin rentan terhadap paparan perilaku menyimpang.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Manado
periode 2023-2025, Agnes Laratmase saat menyampaikan pandangan dan gagasan pada pertemuan yang difasilitasi kerasulan awam (Foto: dok Agnes Laratmase)
Tak berhenti di situ, kader-kader PMKRI juga berbaur dalam struktur kepengurusan Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) di berbagai kampus. “Tujuannya agar mereka bisa menjadi teladan dan membawa dampak nyata lewat perilaku sehari-hari,” jelas Agnes.
Menurut pengamatan PMKRI, banyak pelaku kriminal di kota ini berasal dari latar belakang yang tidak pernah mengecap pendidikan formal diantaranya bangku kuliah, meski dekat secara geografis dengan lingkungan gereja. Di situlah PMKRI mengambil peran menjadi jembatan antara nilai-nilai positif dan anak muda yang tersesat arah.
Pendidikan untuk Mereka yang Terlupakan
Salah satu aksi nyata PMKRI yang patut diapresiasi adalah program pendampingan pendidikan di Malalayang Satu Lingkungan Dua. Di sana, mereka membina sekitar 40 anak dari usia TK hingga SMA yang tidak bersekolah karena alasan ekonomi.
“Kami mengajarkan baca tulis, pelajaran umum, bahkan sekarang ada yang sudah bisa bahasa Inggris. Sekarang, beberapa dari mereka sudah mulai masuk sekolah formal,” kata Agnes dengan nada bangga.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Manado
periode 2023-2025, Agnes Laratmase bersama pengurus Presidium PMKRI Cabang Manado lainnya saat memberikan materi pembelajaran kepada anak-anak di Malalayang satu, lingkungan dua (Foto: Dok PMKRI Cabang Manado)
Namun, jalan pendidikan yang ditempuh anak-anak ini tidak selalu mulus. Praktik pungutan liar (pungli) yang masih marak di sekolah-sekolah justru menjadi batu sandungan.
“Pungli ini tidak hanya soal uang. Ketika orang tua diminta membawa makanan saat ujian atau kegiatan lainnya, atau diminta membawa barang tertentu ke sekolah, itu juga bentuk pungli yang membebani,” jelasnya.
Situasi itu membuat beberapa anak kembali ke pelukan PMKRI karena merasa lebih nyaman belajar tanpa tekanan finansial.
Anak Muda dan Bahaya yang Mengintai
Selain masalah pendidikan, PMKRI juga menyoroti maraknya penyalahgunaan zat berbahaya di kalangan remaja. Dalam pantauan mereka, kawasan Marina Plaza Manado menjadi salah satu titik rawan. Mereka bahkan sempat menyaksikan sekelompok remaja menghirup lem ehabon di lokasi yang berdekatan depan Polresta Manado.
“Saat kami mencoba mendekati, mereka dalam keadaan mabuk lem. Itu sungguh miris, apalagi kejadiannya dekat dengan kantor polisi,” ujar Agnes.
Ironisnya, fenomena seperti ini belum mendapat respons nyata dari pemerintah.
“Kami belum melihat langkah konkret dari pemerintah untuk menangani anak-anak yang tersisih ini,” tegasnya.
Menjadi Lilin di Tengah Kegelapan
PMKRI Manado bukanlah organisasi dengan sumber daya besar. Tapi semangat dan komitmen mereka telah menjadi cahaya kecil yang mengusir gelap. Di tengah tantangan dan minimnya dukungan struktural, mereka tetap berjalan memberi harapan, menjadi teladan, dan membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Foto bersama usai kegiatan belajar (Foto: Dok Presidium PMKRI Cabang Manado)
“Kami percaya, ketika anak muda diberi kesempatan, didampingi, dan dicontohkan, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang positif dan berdampak,” pungkas Agnes. (fn)